TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Narkotika, Komisaris Jenderal Budi Waseso, mengaku kebanjiran sumbangan buaya setelah dia melontarkan ide membuat penjara buaya untuk terpidana narkoba. Dia mengaku bingung mencari tempat penyimpanan buaya sumbangan tersebut.
“Saya pening sekarang. Ada yang nyumbang 3 ekor, 5 ekor, 12 ekor. Saya bilang nanti dulu belum ada tempatnya,” kata Budi Waseso saat ditemui Tempo di kantor BNN, Jakarta, Kamis pekan lalu.
Menurut Budi, antusiasme warga memberikan sumbangan buaya tersebut membuat dia semakin yakin membangun penjara buaya. “Artinya, warga ini punya keprihatinan dan pemikiran yang sama dengan saya bahwa bandar itu harus diberi efek jera karena masih bisa transaksi di dalam lapas,” katanya.
Budi memastikan jika penjara buaya tersebut akan dia bangun. Apalagi, ide tersebut juga sudah mendapatkan lampu hijau dari Presiden Joko Widodo. Konsepnya, para terpidana narkoba akan ditempatkan di sebuah pulau. Kemudian titik lokasi para terpidana narkoba itu akan dikelilingi sungai buatan yang diisi oleh buaya.
Saat ini, kata Budi, tim BNN bekerja sama dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk mencari pulau-pulau kecil yang pas untuk dijadikan tempat penjara buaya.
“Kalau ketemu dipotret lalu kami bahas bersama,” katanya. Selain itu, Budi mengatakan timnya juga terus mencari berbagai jenis buaya, dari mulai buaya rawa, buaya sungai, atau buaya rawa. “Mana yang lebih agresif. Saya survei.”
Tak hanya buaya, Budi juga mengusulkan agar dibuat lagi sungai buatan yang diisi ikan piranha. Menurut Budi, mendengar usul itu Presiden Jokowi sempat heran. Menurut Budi, ikan piranha sangat cocok karena sangat agresif.
“Masuk tangan sedikit sudah dihajar sama mereka. Ring berikutnya bisa dikasih harimau,” kata Budi.
ANGGA SUKMAWIJAYA