TEMPO.CO, Batu -Puluhan akademisi, aktivis, warga dan petani Kota Batu memasang batu nisan di Alun-Alun Batu untuk memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM). Batu nisan merupakan simbol matinya kasus pelanggaran HAM.
“Dalang pembunuh pejuang HAM Munir Said Thalib belum terungkap," ujar Koordinator Aksi Prabowo, Kamis 10 Desember 2015. Mereka mengingatkan rekam jejak Munir dalam memperjuangkan dan mengungkap pelanggaran HAM.
Peringatan Hari HAM sekaligus memperingati dua tahun Omah Munir, museum yang memamerkan barang pribadi Munir sekaligus pendidikan HAM. Omah Munir menyediakan purwa rupa informasi, mulai sejumlah kasus pelanggaran HAM di tanah air dalam bentuk grafis dan film.
Sejumlah petani dan warga sekitar sumber air Gemulo Batu juga menuntut keadilan. Mereka menuntut agar pembangunan hotel di kawasan sumber air dihentikan. Sumber air sangat dibutuhkan warga sementara pembangunan hotel di dekat sumber mata air akan mengganggu kelestarian sumber mata air.
"Sumber mata air Gemulo adalah segalanya bagi kami," ujar Aris warga sekitar sumber mata air Gemulo. Air dibutuhkan warga untuk sumber air minum dan irigasi pertanian. Jika sumber mata air terganggu atau rusak, kehidupan petani sekitar sumber mata air terancam.
Mereka juga menyayangkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan wisata. Padahal warga Batu selama ini secara turun temurun mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian utama. Seperti bertani bunga potong, bunga hias, sayuran, dan buah-buahan.
Para petani menggambarkan alih fungsi lahan pertanian dalam sebuah kertas manila dan menunjukkannya kepada para pengunjung Alun-Alun. Mereka berharap Pemerintah Kota Batu mengendalikan alih fungsi lahan pertanian itu.
EKO WIDIANTO