TEMPO.CO, Bojonegoro - Sebuah fenomena menggegerkan masyarakat di sekitar Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur. Mereka mendapati ribuan ikan yang ‘mabuk’, muncul dan mengambang di permukaan sehingga sangat mudah ditangkap pada Kamis, 10 Desember 2015. Kejadian ini membuat Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bojonegoro menurunkan tim untuk memeriksa kualitas air sungai yang diduga menyebabkan ikan mabuk.
Ratusan orang di sepanjang sungai dari Kecamatan Padangan, Kalitidu, hingga Kota Bojonegoro, beramai-ramai turun ke sungai untuk menangkap ikan. Warga tak menghiraukan kondisi sungai yang tengah pasang. Jenis ikannya sangat beragam, seperti tawes, jendil--sejenis patin, rengkik, lele, nila, dan arengan.
Warga mengetahui fenomena ini setelah mendapati ikan muncul dan mengambang di wilayah Kecamatan Padangan, sekitar 30 kilometer dari Kota Bojonegoro, pada Kamis dinihari. Melihat ribuan ikan mengambang, warga kemudian bergegas turun ke sungai. Ikan yang mabuk dan muncul di sungai jumlahnya bertambah banyak.
Menurut Heri, 31 tahun, pekerja di sebuah rekanan minyak di Kecamatan Kalitidu, mengatakan, ia ikut menangkap usai pulang lembur pada Kamis pagi. Hasilnya, beberapa ekor ikan tawes sebesar telapak tangan didapat dan dibawa pulang. “Banyak sekali ikannya,” ujarnya kepada Tempo Kamis, 10 Desember 2015.
Hingga Kamis siang ini, warga di sekitar Kalitudu, hingga di Kelurahan Jetak, Kota Bojonegoro, terlihat masih berada di pinggir sungai. Mereka membawa alat tangkap ikan, seperti jaring, jala, dan alat setrum.
Sungai Bengawan Solo terlihat berwarna cokelat dan keruh. Kepala BLH Bojonegoro Elsadiba Agustina mengatakan telah mendapatkan informasi terkait dengan ikan yang mabuk di Sungai Bengawan Solo. Dia segera menurunkan tim dan mengambil sampel air untuk diteliti di laboratorium. “Kami ingin mengetahui kualitas airnya,” ujarnya.
Lembaganya juga akan memantau sungai dengan menyusuri Sungai Bengawan Solo dalam satu-dua pekan mendatang. Tujuannya ingin memetakan areal yang dicurigai berpotensi ada pembuangan limbah, seperti di hulu sungai dan beberapa wilayah sungai yang melintasi Solo, Sragen, dan Ngawi. “Ya, perlu pemetaan arealnya,” ujarnya.
SUJATMIKO