TEMPO.CO, Jakarta - Suasana pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Denpasar mendadak memanas. Pasalnya, di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 6, Banjar Pembungan, Desa Sesetan, Denpasar Selatan, ditemukan enam pemilih “siluman” tanpa identitas yang jelas atas nama Abdul Rohman (Rohim), Susanto, Ariston, Tohir, Gunawan, dan Choirul.
Rohim, salah satu pemilih “siluman”, mengaku, sebelum melakukan pencoblosan, ia sempat ditemui seseorang yang tidak ia kenal. “Saya dikasih itu (C6), disuruh mencoblos nomor urut 1 (pasangan inkumben Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-I Gusti Ngurah Jayanegara),” kata Rohim saat ditemui Tempo di Banjar Pembungan, Desa Sesetan, Denpasar, Rabu, 9 Desember 2015.
Namun, “Saya tidak terima imbalan,” ujar pria asal Banyuwangi, Jawa Timur, itu.
Enam pemilih siluman itu langsung diketahui oleh calon Wali Kota Denpasar nomor urut 3, I Made Arjaya, saat berkunjung ke TPS 6 di Banjar Pembungan, Sesetan, Denpasar. Arjaya mengatakan dia mengetahui adanya pemilih “siluman” itu berdasarkan penuturan seseorang yang ia temui di sekitar Desa Sesetan, Denpasar Selatan.
“Tadi sekitar pukul 10.30 Wita, saya sedang di Banjar Puri Agung, Sesetan. Tiba-tiba ada seorang kakek berpakaian adat Bali Madya yang menghampiri dan langsung memeluk saya. Sambil menangis, dia bilang, saya akan dikalahkan oleh kecurangan,” tutur Arjaya di TPS 6 Banjar Pembungan, Desa Sesetan, Denpasar.
Arjaya, yang mengaku tidak mengenal pria itu, langsung terkejut mendengar pernyataan tersebut. Sontak, pria dengan ciri khas udeng poleng (ikat kepala khas Bali bercorak putih-hitam) itu langsung menanyai perihal dari mana pria tersebut mengetahui adanya kecurangan terhadapnya.
“Saya tanya, di mana contohnya, lalu dia jawab, coba saja ke Banjar Pembungan di TPS 6. Setelah itu dia langsung pergi,” ucap Arjaya menirukan ucapan kakek itu.
Mendengar hal tersebut, Arjaya langsung menyambangi TPS 6 Banjar Pembungan, Denpasar. Ia pun langsung menemukan adanya enam pemilih siluman yang berbekal C6 itu seusai pencoblosan. “Patut diduga ada yang memfasilitasi. Saya ingin ini diungkap sampai ke aktor intelektual dan ke akar-akarnya agar ke depan pilkada lebih baik. Seperti yang sudah sering saya katakan sebelumnya bahwa C6 itu rentan sekali,” ujarnya. “Ini sangat masif dan sistematis. Mereka diarahkan pilih pasangan calon nomor 1.”
BRAM SETIAWAN