TEMPO.CO, Yogyakarta - Dinas Permukiman Sarana dan Prasarana Wilayah Kota Yogyakarta meminta warga di bantaran sungai mewaspadai potensi banjir di permukiman akibat belum selesainya pekerjaan, terutama perbaikan talud.
Kepala Bidang Pengairan dan Drainase Dinas Permukiman Sarana dan Prasarana Wilayah Kota Yogyakarta, Aki Lukman Nur Hakim, mengatakan, talud yang belum tuntas pengerjaan perbaikannya ada di tiga titik yang dilalui tiga sungai, yakni Sungai Code, Winongo, dan Belik.
"Ada yang tidak selesai karena tak ada peserta lelang. Ada juga yang karena anggarannya tak memadai untuk melanjutkan pengerjaan," ujar Aki, Minggu, 6 Desember 2015.
Titik talud yang rawan dihempas jika banjir sungai datang ada di Kampung Surokarsan yang kerusakan taludnya sepanjang 30 meter, dan talud ini belum dapat dikerjakan sampai akhir tahun ini. Talud itu jebol dihantam banjir Kali Code April 2015 lalu, tapi hingga lelang digelar, tak ada peserta yang berminat menggarap proyek senilai Rp 410 juta itu.
"Untuk Surokarsan ini rencananya kami tutupi dengan 2.000 karung pasir dulu untuk menahan jika sungai meluap. Baru itu yang bisa kami lakukan," ujar Aki.
Kampung lain yang rawan diterjang jika banjir datang karena taludnya belum sempurna, yakni Kampung Baciro, Kecamatan Gondokusuman, yang dilalui Kali Belik. Di kampung ini, 15 meter talud ambrol akibat banjir awal tahun ini dan baru dapat dikerjakan kurang dari separuhnya, atau sekitar 6 meter saja.
Titik lain yang juga rawan diterjang banjir serta longsor terdapat di Kampung Bener tepian Kali Winongo. Sepanjang 15 meter jalur tebingnya telah longsor, tapi warga masih bertahan. Belum ada anggaran untuk menahan tebing ini.
"Kami sudah informasikan camat agar jika hujan deras warga di Bener ini segera mengungsi karena persis di bawah tebing yang sebagian sudah longsor itu," ujar Aki. Hanya ada satu rumah di bawah tebing itu tapi dihuni beberapa keluarga.
Dinas menyatakan, pada Februari-Maret 2016 nanti baru akan dilakukan lelang pada proyek perbaikan yang belum selesai. Anggaran insidentil untuk perbaikan talud tahun depan pun telah dinaikkan menjadi Rp 1 miliar dari tahun ini hanya Rp 700-an juta.
"Tahun depan kami juga mendapat jatah dana alokasi khusus Rp 4,5 miliar, tapi peruntukkannya belum bisa dipastikan pusat, apa bisa untuk membantu percepatan perbaikan proyek," ujarnya.
Komandan Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah DIY Pristiawan meminta pemerintah seharusnya bisa segera mendorong relokasi warga bantaran yang wilayahnya terhitung rawan.
"Terutama yang berada di sungai-sungai dengan kondisi sudah menyempit dan banjir lebih cepat," ujarnya.
Sekretaris BPBD Kota Yogyakarta Hery Eko Prasetyo menuturkan pekan lalu sudah membagikan 20 paket peralatan penyelamatan dasar bencana. Termasuk di dalamnya kendaraan roda tiga untuk operasional yang lebih cepat dalam penanganan bencana di dalam kampung yang sulit aksesnya.
"Peralatan dasar itu untuk membantu respons penanggulangan bencana lebih cepat," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO