TEMPO.CO, Makassar - Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto mengaku prihatin dengan peristiwa anak bunuh diri karena tidak tahan dimarahi oleh orang tuanya. “Ini bukti bahwa tekanan sosial makin kuat di masyarakat,” kata Danny kepada Tempo pada Jumat, 4 Desember 2015, di Balai Kota Makassar.
Menurut Danny, begitu Ramdhan biasa disapa, agar kasus ini tidak terulang, lurah dan camat harus konsisten dan rutin menjalankan program sentuh hati. Setiap pekan, lurah dan camat harus rajin masuk ke rumah-rumah warga untuk mendengar keluhan warganya. “Masyarakat harus diajarkan terbuka dan mau menyampaikan keluh kesahnya.”
Danny juga meminta ulama dan pengurus masjid ikut turun membantu masalah yang dihadapi masyarakat. Masyarakat pun butuh informasi dan solusi atas permasalahannya agar mereka tak memilih jalan pintas.
Pemerintah Kota Makassar juga sudah menjalankan program sosialisasi kepada calon suami-istri dan pasangan yang baru memiliki anak. “Mereka diberikan pengetahuan tentang masalah rumah tangga. Dalam menghadapi setiap masalah, harus banyak bersabar. Jangan sampai masalah orang tua berdampak ke anak-anak,” kata Danny.
Danny juga heran, dari mana ide anak bunuh diri karena tidak tahan dengan perlakukan orang tuanya. “Saya curiga ini karena informasi yang terlalu bebas. Tidak ada filter sehingga anak-anak pun mendapat informasi yang salah. Saya harap media juga ikut membantu memberikan informasi yang sehat kepada anak-anak,” katanya.
Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota Makassar Tenri A. Palallo mengatakan kasus anak bunuh diri ini adalah kasus pertama yang terjadi di Makassar. “Ini bukti bahwa masalah sosial warga sudah sangat memprihatinkan,” kata Tenri.
Dia mengatakan kasus kekerasan anak ibarat puncak gunung es. Hanya sedikit yang tampak. “Tapi sebenarnya masih banyak yang tidak terpublikasi,” kata Tenri.
Menurut dia, selama 2015, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota Makassar mencatat sekitar 525 laporan kekerasan dalam rumah tangga, termasuk di dalamnya kekerasan orang tua terhadap anak, kekerasan terhadap perempuan, dan anak-anak sebagai pelaku kekerasan.
Untuk anak-anak yang berurusan dengan hukum, sebanyak 118 anak tercatat masuk penjara. “Ini tidak bisa dibiarkan,” kata Tenri.
Pemerintah kota pun sudah turun ke lapangan membina para orang tua dan lingkungan agar lingkungannya ramah terhadap anak. “Meski Kota Makassar berhasil meraih kota layak anak, kasus anak bunuh diri atau kasus ayah membunuh anaknya beberapa waktu lalu bukan bagian dari indikator kota layak anak. Jadi tidak berhubungan,” kata Tenri.
Tenri juga meminta tayangan media, khususnya televisi, lebih mendidik. Apalagi di tengah keterbukaan informasi yang tidak terkontrol ini, anak-anak sangat mudah mendapatkan inspirasi. “Jika inspirasinya baik tidak masalah, tapi kalau inspirasinya jelek, bahaya. Saya curiga ide untuk bunuh diri ini diperoleh dari media, khususnya sinetron dewasa, tapi disaksikan juga oleh anak-anak. Ini peringatan bagi orang tua agar menjaga anak-anaknya,” kata Tenri.
MUHAMMAD YUNUS