TEMPO.CO, Tulungagung - Pemerintah Kabupaten Tulungagung menyatakan status siaga penularan HIV/AIDS di masyarakat. Keputusan ini diambil setelah belasan pegawai negeri sipil terinfeksi virus mematikan tersebut.
Wakil Bupati Tulungagung Maryoto Birowo mengatakan penetapan status siaga ini diambil untuk menekan angka penularan HIV/AIDS di Tulungagung yang merajalela. Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung menyebut jumlah penderita HIV/AIDS selama Januari–November 2015 mencapai 231 kasus. Ironisnya, dari jumlah tersebut 18 orang di antaranya berstatus pegawai negeri sipil dengan mayoritas guru sekolah.
“Kita tetapkan status siaga HIV/AIDS untuk menekan pertumbuhannya,” kata Maryoto, Rabu, 2 Desember 2015.
Selaku penanggung jawab pemerintahan di Tulungagung, Maryoto mengaku sangat prihatin atas penularan penyakit HIV/AIDS di wilayahnya. Penyakit ini bahkan telah merambah seluruh lapisan masyarakat dengan sebagian besar melalui hubungan seksual. Hal ini setidaknya menjadi parameter moralitas masyarakat, khususnya pegawai negeri sipil yang turut terlibat di dalamnya.
Khusus untuk pencegahan dan deteksi di kalangan pegawai, sejumlah Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) telah diperintahkan melakukan pemeriksaan rutin kepada jajarannya. Bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Tulungagung yang menyediakan relawan dan tenaga medis, pemerintah berusaha mengenali aparaturnya yang terindikasi terjangkit penyakit mematikan ini.
Ketua KPA Kabupaten Tulungagung Ifada mengatakan penemuan kasus orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di wilayah kerjanya telah menjadi fenomena gunung es. Secara kumulatif sejak 2006 hingga November 2015, jumlah temuan kasus ini mencapai 1.244 kasus dengan 306 di antaranya meninggal dunia.
Dia mengaku lega atas penetapan status siaga ini sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap upaya penanggulangan HIV/AIDS di Tulungagung. Hal ini juga menjadi pintu masuk pembangunan infrastruktur penanggulangan HIV/AIDS yang lebih memadai baik berupa tenaga medis maupun puskesmas khusus. Saat ini kabupaten tersebut masih memiliki 12 puskesmas yang dilengkapi layanan pasien HIV/AIDS.
“Kalau bisa jumlah ini terus ditambah plus tenaga medis yang sudah terlatih,” ujar Ifada.
HARI TRI WASONO