TEMPO.CO, Bima-Bentrok antara warga Desa Sie melawan Kalampa di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, kembali pecah, Sabtu petang, 21 Juli 2015. Bentrok lanjutan ini skalanya lebih besar dari bentrok pertama pada Sabtu pagi, karena dua kelompok warga saling berhadapan menggunakan senjata api rakitan, busur, dan panah.
Dua anggota polisi yang berupaya melerai justru tertembak senjata api. Entah dari mana datangnnya peluru tersebut, namun kedua anggota polisi berpangkat brigadir dua itu terkena tembakan di perut dan kaki.
Kedua polisi itu segera dilarikan ke Rumah Sakit Umum Bima untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuhnya. Pemerintah Kabupaten Bima menduga korban luka-luka dalam bentrokan itu tidak hanya dua orang. Sebab saat bentrokan berlangsung sekitar dua jam, korban yang dilaporkan lebih dari satu orang.
"Hingga kini sudah empat orang diterjang peluru,” kata Muslim, warga Desa Dadibou, yang lahan sawahnya dijadikan ajang bentrok dua kelomok warga. “Saya juga terkena lemparan batu lantaran menghalau anak-anak muda yang bentrok,” kata dia kepada Tempo.
Sekretaris Daerah Bima Muhammad Taufik mengatakan bentrokan ini melibatkan puluhan pemuda. Mereka bertemu di areal persawahan di perbatasan desa lalu pecah bentrokan. "Bentrokan berlangsung satu jam, meski aparat kepolisian telah berusaha menghalau dua kelompok massa itu," kata dia.
Saat insiden itu, warga yang tengah istirahat di rumah masing-masing berhamburan keluar. Tiga rumah dan sebuah kios yang berada di sekitar kejadian itu juga diserang. Warga yang emosi juga merusak sejumlah lapak milik pedagang dari salah satu kelompok. Bahkan beberapa rumah warga dan satu unit kendaran milik polisi disandera.
Bentrok dua kelompok warga itu hanya dipicu masalah sepele, yakni karena ada warga Sie dianiaya oleh sekelompok orang yang diduga warga Kalampa, Kecamatan Woha, pada Jum’at 20 November 2015. Korban dianiaya saat sedang mengunjungi pacarnya.
AKHYAR M. NUR