TEMPO.CO, Kupang - Ratusan warga Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, menggelar aksi ke kantor PLN cabang area Kupang, Nusa Tenggara Timur, Selasa, 17 November 2015. Warga menuntut PLN menghentikan pemadaman bergilir. Dalam unjuk rasa, warga membawa karangan bunga sebagai simbol matinya PLN yang tidak berpihak kepada warga.
Koordinator aksi, Sarah Leri Mboik, menuntut manajemen PLN cabang Kupang untuk menghentikan pemadaman listrik secara sepihak dan sewenang-wenang. "PLN harus menjamin pemenuhan kebutuhan listrik bagi warga secara terus-menerus sesuai standar mutu," kata Sarah saat unjuk rasa.
Sebelum mampu menambah daya, massa juga menuntut PLN menghentikan pemasangan sambungan baru, terutama untuk kepentingan bisnis, seperti di hotel, ruko, dan pusat perbelanjaan skala besar. "Hentikan semua bentuk pemaksaan kepada pelanggan untuk lakukan migrasi dari meteran pascabayar ke prabayar," katanya.
Warga juga menolak program listrik prabayar, karena dinilai tidak layak teknis di Nusa Tenggara Timur. Dan, mendesak kepolisian agar menyelidiki pelanggaran dan pengabaian terhadap hak-hak pelanggan.
Warga juga meminta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Nusa Tenggara Timur dan Kota Kupang untuk mengambil langkah demi kepentingan masyarakat Nusa Tenggara Timur dan meminta Badan Pemeriksa Keuangan untuk melakukan audit investigatif dan audit forensik, terkait dengan pengelolaan keuangan di PT PLN cabang area Kupang dan PLN Wilayah Nusa Tenggara Timur. "Apabila pihak PLN tidak tanggapi hal ini, massa berjanji akan kembali melakukan demonstrasi besok dengan jumlah yang lebih banyak," tutur Sarah.
Manajer PLN area Kupang, Maria Gunawan, secara terpisah, mengatakan pemadaman listrik ini karena ada gangguan pada transmisi Maulafa-Bolok, sehingga berakibat dua unit mesin pembangkit listrik tenaga uap keluar dan sistem Kupang kehilangan pasokan daya sebesar 20 megawatt.
Akibat defisit daya itu, lanjut Maria Gunawan, PLN Rayon Kupang menghadapi tantangan berat karena harus melakukan pemadaman sebesar 20 MW. Itu artinya durasi padam lebih lama dari yang pernah terjadi selama ini, dan cakupan wilayah yang padam akan lebih luas. “Kejadian ini tidak kami harapkan, karena itu kami mohon maaf kepada pelanggan,” kata Maria Gunawan.
YOHANES SEO