TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis pemerhati anak, Seto Mulyadi, mengusulkan perpanjangan hak cuti melahirkan bagi karyawan menjadi tiga tahun. Alasannya, cuti tiga tahun bagi karyawan yang melahirkan untuk memberi kesempatan mengasuh anaknya secara maksimal.
"Hak cuti melahirkan saat ini rata-rata hanya tiga bulan. Kondisi itu sangat kurang sekali, karena peran ibu dalam mengasuh anaknya di rumah tidak akan berjalan optimal," katanya saat menghadiri Seminar Bersama Kak Seto di Alexandria Boarding Schools, Bekasi, Minggu, 15 November 2015.
Menurut Seto, pendeknya masa cuti melahirkan membuka peluang terjadinya potensi penculikan. Sebab, perhatian orang tua kepada anaknya menjadi sangat minim. "Ibu akan selalu kepikiran anaknya di rumah saat sedang bekerja. Hak anak pun terlanggar karena tidak dapat perhatian orang tua, sehingga anak harus dititipkan kepada orang lain. Ada sejumlah kasus anak tersebut akhirnya diculik," ucapnya.
Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak itu berujar, gagasan tersebut perlu dilakukan uji coba di sejumlah daerah untuk mengetahui tingkat efektivitasnya terhadap pembentukan karakter masyarakat yang berkualitas pada masa depan.
"Pemerintah daerah punya hak otonomi untuk mengaturnya dalam bentuk peraturan daerah. Kalau dilihat dalam suatu daerah banyak anak bermasalah karena ibu terpaksa harus bekerja, salah satu upayanya adalah dengan hak cuti yang diperpanjang selama tiga tahun itu. Biarkan ibunya mendidik dari usia awal, mulai pemberian ASI eksklusif hingga kebutuhan lain selama tiga tahun," ujarnya.
Menurut dia, sebuah negara pecahan Uni Soviet yang merupakan negara Islam telah mengadopsi pola tersebut. "Negara tersebut memiliki peraturan cuti bagi ibu hamil selama tiga tahun supaya ibu bisa mendidik anaknya dari awal, agar dasarnya kuat sebelum anak tersebut masuk taman kanak-kanak," tuturnya.
Di negara tersebut, kata dia, karyawati yang menjalani cuti selama tiga tahun ditanggung gajinya selama tiga bulan pertama oleh perusahaan dan sisanya hingga tiga tahun ke depan disubsidi pemerintah. "Jadi dasar karakter anak dapat dibangun dari usia awal. Kalau sudah begitu, mereka siap jadi bibit unggul masyarakat pada masa depan," ucapnya.
ANTARA