TEMPO.CO, Jakarta - Kepergian dokter muda Dionisius Giri Samodra alias Andra menjadi pukulan berat bagi keluarga. Pada saat-saat kritis, Agustinus Mujianto, ayah Andra, sempat berjuang untuk bisa mengevakuasi anaknya dari kawasan terpencil Dobo di Kepulauan Aru.
"Sesaat setelah dikabari kondisi Andra memburuk, saya berangkat dari Kendari ke Dobo," tutur Agustinus saat ditemui di sela-sela menyiapkan upacara kebaktian untuk anaknya. Bapak tiga anak itu mengaku mendapat kabar dari rekan Andra bahwa anaknya sakit dan sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Cendrawasih.
Pada Minggu petang, 8 November, Agustinus mendapat kabar bahwa kondisi anaknya memburuk. Andra sudah tidak dapat bicara dan dalam keadaan kritis. Semua tenaga di rumah sakit itu dikerahkan untuk merawat Andra. Ada sedikitnya empat dokter jaga yang terus memantau kondisi Andra dari jam ke jam.
Baca juga:
TEROR PARIS: 5 Fakta Penting yang Perlu Anda Tahu
Teror Paris, Hampir 130 Tewas: Orang Dalam Prancis Terlibat!
Padahal sebelumnya, pada Minggu pagi, kondisi Andra masih stabil dan sempat mengirim pesan kepada Agustinus untuk meminta pulsa Rp 20 ribu. "Biasanya Andra tak pernah meminta pulsa," katanya. Agustinus kemudian mengirimkan pulsa senilai Rp 50 ribu ke nomor ponsel Andra.
Mendengar kondisi anaknya kritis, Agustinus pun mencari pesawat dari Kendari ke Ambon. Namun pesawat tidak tersedia saat malam hari. Baru esoknya, pada Senin, 9 November, Agustinus bisa berangkat ke Ambon. Ketika berada di Ambon pun, dia harus menunggu hingga Selasa, 10 November, untuk menuju Tual.
Saat berada di Tual pada Selasa malam, ia kebingungan mencari transportasi. Dia lalu menuju dermaga setempat untuk mencari kapal feri menuju Dobo, Kepulauan Aru. Sayangnya, kapal feri ternyata tidak setiap hari beroperasi.
Selanjutnya: Menunggu, tak ada...