TEMPO.CO, Yogyakarta - Salah satu tokoh yang mendapat gelar pahlawan nasional pada 2015 ini adalah Ki Bagus Hadikusumo. Namun, makam anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) itu kini hilang, sudah tidak terdeteksi. Makam Ki Bagus Hadikusumo yang berada di pemakaman umum Pakuncen, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, itu sudah bertumpuk makam lain.
Menurut Afnan Hadikusumo, cucu Ki Bagus, saat ia masih kecil kuburan kakeknya itu masih memiliki nisan berupa batu bongkahan. Namun, karena tidak terawat dan makam penuh, makam itu digunakan mengubur jenazah lain. Alhasil saat ini tidak ada penunjuk pasti di mana lubang pemakaman Ki Bagus Hadikusumo itu.
"Dulu tetengernya hanya sebongkah batu," kata Afnan yang juga anggota Dewan Perwakilan Daerah asal Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa, 10 November 2015.
Tahun ini Presiden Joko Widodo memberikan gelar pahlawan nasional kepada Ki Bagus Hadikusumo beserta empat tokoh lain. Pengangkatan itu tertuang dalam Keputusan Presiden 116/TK Tahun 2015.
Ki Bagus Hadikusumo merupakan tokoh kemerdekaan dan Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah 1942-1945. Ia lahir pada 24 November 1890 dan meninggal dunia pada 4 November 1954 saat berusia 64 tahun. Ia merupakan sosok pejuang yang pemberani. Saat melawan penjajahan, ia juga berperan mendirikan Angkatan Perang Sabil. Markasnya ada di dekat Alun-alun Utara Yogyakarta.
Ki Bagus sudah sering mendapat penghargaan. Selain gelar pahlawan nasional, juga penghargaan dari Kaisar Jepang Teno Haikka, penghargaan kedua dari Presiden Sukarno sebagai sosok perintis kemerdekaan. Penghargaan ketiga dari Presiden Soeharto berupa Bintang Maha Putra karena dianggap berjasa untuk bangsa dan negara.
Meski telah mendapat gelar pahlawan nasional, keluarga belum berencana untuk memindahkan makam Ki Bagus Hadikusumo ke makam pahlawan. Hilangnya makam tentu bakal menjadi persoalan utama pemindahan.
Keluarga, kata Afnan, tidak mempermasalahkan hilangnya makam leluhurnya itu. Sebab, dalam tradisi Muhammadiyah orang yang meninggal dunia sudah putus hubungan dengan urusan keduniawian. Namun tetap didoakan. "Semasa hidup, landasannya adalah keikhlasan, juga prinsip zuhud," katanya.
SYAIFULLAH