TEMPO.CO, Lumajang - Kepala Kepolisian Resor Lumajang Ajun Komisaris Besar Fadly Mundzir Ismail mengatakan Lumajang masih aman buat pekerja pers kendati ada teror terhadap tiga wartawan televisi melalui layanan pesan singkat (SMS) pada peringatan 40 hari kematian aktivis tambang Salim Kancil. "Enggak ada masalah sebetulnya, aman-aman saja," kata Fadly ditemui di Markas Kepolisian Resor Lumajang, Senin, 9 November 2015.
Fadly mengatakan aksi teror SMS itu dilakukan segelintir orang. "Dan mungkin orang-orang yang merasa kesal karena (menambang) sudah merupakan mata pencahariannya," kata Fadly. Menurut Fadly, terduga pelaku ini coba-coba saja. "Namanya juga coba-coba, sah-sah saja dan wajar-wajar saja," kata Fadly. Dia juga mengatakan dugaan pengancaman itu kemungkinan juga ekses dari penangkapan penambang manual oleh kepolisian.
"Enggak ada masalah, aman-aman saja. Yang membuat tidak aman kan orang-orang (pelaku) itu saja. Yang jelas, anggota tetap melakukan kegiatan pengamanan apalagi kalau sudah ada ancaman seperti ini," kata Fadly.
Dia juga mengatakan ihwal ancaman yang diterima wartawan, sebagai salah satu konsekuensi dalam profesi. "Sama seperti saya, konsekuensi saya sebagai aparat penegak hukum, kaki kanan saya ada di kuburan dan kaki kiri saya rumah sakit," katanya.
Dia mengatakan ketika dia salah melangkah, kemudian dari pelaku kejahatan itu tidak suka, maka akan dicari kelemahannya. "Maka bisa saja terjadi," kata dia.
Fadly mengatakan yang penting sekarang bagi wartawan bagaimana untuk hati-hati. "Perlu sedikit hati-hati," katanya. Dia juga mengatakan kalau informasi sekecil apa pun terkait dengan pengancaman, perlu untuk disampaikan kepada polisi. "Sampaikan pada kami, tidak masalah," kata dia.
Tiga wartawan televisi yang bertugas di Lumajang melaporkan pengancaman yang diterimanya ke Kepolisian Daerah Jawa Timur, Jumat malam, 6 November 2015. Dalam ancaman yang diterima melalui pesan singkat tersebut, mereka akan dilempar dengan bondet.
DAVID PRIYASIDHARTA