TEMPO.CO, Surabaya - Produksi garam PT Garam (Persero) diperkirakan tak sesuai dengan target. Dari pencapaian tahun 2014 sebesar 330 ribu ton, badan usaha milik negara tersebut tak berani mematok produksi lebih tinggi pada tahun ini.
Penyebabnya adalah musim hujan yang datang lebih cepat daripada perkiraan, meskipun musim kemarau sudah berlangsung sejak Juli. “Pertengahan November ini sepertinya sudah mulai hujan lagi. Kami perkirakan produksi tidak jauh berbeda dari tahun lalu,” ujar Direktur Produksi PT Garam Ali Mahdi kepada Tempo, Jumat, 6 November 2015.
Semula, kata dia, pihaknya optimistis mampu memproduksi garam mencapai 350-380 ribu ton pada Desember nanti. Sayangnya, pada Mei-Agustus 2015, panen raya sempat terganggu hujan yang curahnya mencapai 30 milimeter per hari di Kabupaten Sumenep. Garam yang sudah mengkristal larut kembali menjadi air setelah terkena hujan.
Memasuki November, kata Ali, kondisi iklim Indonesia juga mulai menunjukkan tanda-tanda musim hujan. “Sampai akhir Oktober kemarin, produksi garam mencapai 300 ribu ton.”
Target 330 ribu ton itu dua kali lipat dibanding produksi pada 2013, yang hanya mencapai 167 ribu ton akibat kemarau basah berkepanjangan. Sedangkan pada 2012, produksi garam sebanyak 305 ribu ton.
Guna meningkatkan produktivitas, PT Garam berencana memperluas lahannya. Dari tiga kabupaten di Madura--Sampang, Pamekasan, dan Sumenep--perusahaan memiliki total lahan garam seluas 5.000 hektare. Pada 2016, lahan tidur di kawasan Gersik Putih, Gapura, Sumenep, seluas 350 hektare akan diaktifkan.
Strategi ekstensifikasi lahan itu, kata Ali, diyakini mampu meningkatkan produksivitas garam PT Garam, ditunjang oleh teknologi geomembran. “Kalau produksi garam mencapai 100 ton per hektare, tahun depan bisa meningkat 30 ribu ton lagi,” tuturnya.
ARTIKA RACHMI FARMITA