TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia Hary Tanoesoedibjo menargetkan partainya masuk lima besar dalam pemilihan legislatif 2019. “Wajib masuk lima besar, minimal,” kata Hary saat berkunjung ke Tempo, Jalan Palmerah Barat, Jakarta Barat, Senin, 2 November 2015.
Meski pernah gagal mewarnai dua partai politik, yakni Partai NasDem dan Partai Hati Nurani Rakyat, CEO MNC Group ini mengaku tidak kapok berkiprah di ranah politik. “Namanya orang berjuang tidak ada berhentinya. Walau lima kali kalah pun, saya tidak akan berhenti,” ucapnya.
Hary Berujar, kegagalannya di NasDem dan Hanura memberi banyak pelajaran. Kader partai politik, tutur dia, harus betul-betul memahami apa tujuan partai itu dibentuk.
Ia memastikan Partai Perindo adalah partai yang berbeda dengan yang lain. “Banyak orang berpartai berpandangan partai adalah tujuan akhir. Kalau kami, partai ini hanya perantara untuk mencapai tujuan,” ujar Hary Tanoe.
Sebagai pemimpin partai, Hary mengaku berkomitmen untuk selalu terjun ke bawah. Dalam satu minggu, tutur Hary, dia bisa mengunjungi dua-empat kabupaten di seluruh Indonesia.
Hary mengawali karier politiknya dengan bergabung dengan Partai NasDem pada 9 Oktober 2011. Ia lalu mengundurkan diri dengan alasan ada perbedaan pendapat dengan Ketua Majelis Tinggi NasDem Surya Paloh.
Menjelang Pemilu 2014, Hary bergabung dengan Hanura. Kemudian ia bersama Wiranto mendeklarasikan diri sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden. Namun suara yang didapat Hanura dalam pemilihan legislatif tidak memungkinkan bagi pasangan itu untuk maju. Hary kemudian memutuskan mundur dari Hanura dan mendirikan partai politik sendiri.
MAYA AYU PUSPITASARI