TEMPO.CO, Bangkalan - Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, mencatat volume sampah di Bangkalan meningkat 26 meter kubik per hari atau berkisar 8-9 persen.
Kepala Bidang Kebersihan BLH Bangkalan Imam Syafri memaparkan data pada 2013, sebelum Jembatan Surabaya beroperasi, volume sampah di Bangkalan sebanyak rata-rata 186 meter kubik per hari. Sedangkan pada 2014 meningkat menjadi 212 meter kubik per hari.
Menurut Imam, salah satu penyebab peningkatan volume sampah di Bangkalan akibat beroperasinya Jembatan Suramadu.
Jembatan Suramadu, kata dia, membuat jumlah restoran dan rumah makan di Bangkalan tumbuh pesat. Pertumbuhan itu diikuti bertambahnya volume sampah. "Selama penduduk tumbuh, volume sampah pasti bertambah, bayi yang baru lahir pun sudah menyumbang sampah," kata Imam, Senin, 2 November 2015.
Peningkatan jumlah volume sampah, membuat petugas kebersihan kewalahan mengangkut dan membuangnya. Apalagi dari sebelas unit truk pengangkut sampah, hanya enam unit yang berfungsi dengan normal, lima unit lainnya harus diremajakan.
Imam menjelaskan, tahun ini BLH Bangkalah hanya mendapat bantuan satu unit truk pengangkut sampah. "Andai seluruh truk pengangkut sampah beroperasi, seluruh sampah pasti terangkut," ujarnya. Selain masalah keterbatasan armada, Imam melanjutkan, satu-satunya tempat pembuangan akhir (TPA) sampah, yang terletak di Desa Buluh, Kecamatan Socah, kondisinya sudah tidak layak pakai karena masa teknisnya telah habis sejak 2013. "Kami masih menyiapkan lokasi TPA baru di Desa Soket, Tragah," ucap Imam.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pencemaran Lingkungan BLH Bangkalan Hary Adji, menjelaskan untuk menekan jumlah sampah yang dibuang ke TPA, pihaknya menggalakkan pembentukan bank sampah di masyarakat.
Saat ini baru terbentuk sepuluh bank sampah. "Sejak ada bank sampah, 30 persen sampah nonorganik, tidak lagi dibuang ke TPA, tapi ditabung ke bank sampah," kata Hary.
Adapun penanganan sampah di TPA Buluh, tutur Hary, dipastikan tidak menimbulkan masalah lingkungan karena sampah tidak dibakar melainkan ditimbun dengan batu bedel.
MUSTHOFA BISRI