TEMPO.CO, Jakarta - Spanduk berukuran raksasa diturunkan dari taman bagian tengah kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, di Slipi, Jakarta Barat. Wajah trio kepengurusan Golkar versi Musyawarah Nasional Jakarta, Agung Laksono, Zainuddin Amali, dan Sari Yuliati, yang selama setahun terakhir menghias spanduk itu, kini tak ada lagi. Penurunan banner tersebut menjadi penanda islah bagi konflik kepengurusan Partai Golkar.
"Mulai 1 November, kami akan lihat potensi Golkar baru," ujar Wakil Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Jakarta, Yorrys Raweyai, saat memberi keterangan pers, Jumat, 30 Oktober 2015.
Wakil Ketua Umum Golkar versi Munas Bali, Nurdin Halid, turut hadir dalam acara konferensi pers itu. Begitu pun Nurul Arifin, kader Golkar yang kini memperbantukan tugas Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto sebagai staf ahli.
Perseteruan panjang yang dipicu konflik pengurusan antara kubu Munas Jakarta (pimpinan Agung Laksono) dan Munas Bali (pimpinan Aburizal Bakrie) itu mulai mencair setelah kedua pihak sepakat mengakhiri konflik dan menggagas agenda silaturahmi nasional di kantor DPP Golkar, Slipi, pada 1 November 2015.
Yorrys menjelaskan, forum silaturahmi digagas atas restu pimpinan partai kedua kubu. Para pinisepuh partai, seperti Jusuf Kalla, B.J. Habibie, dan Akbar Tandjung juga memberi dukungan. Mereka berharap forum itu mampu menghapus sekat kepentingan di antara dua kelompok yang selama ini dianggap mengganjal agenda besar partai dalam kancah politik nasional. "Kita akan bangun komunikasi baru demi Partai Golkar," kata Yorrys.
Menurut Yorrys, forum silaturahmi terbuka untuk seluruh pimpinan dan kader partai. Panitia penyelenggara juga mengundang 238 kader Golkar yang sedang menyiapkan diri bertarung dalam bursa pemilihan kepala daerah. Forum silaturahmi rencanannya dibuka oleh mantan Ketua Umum Golkar, Jusuf Kalla, yang saat ini menjabat Wakil Presiden RI. Ketua Umum Golkar versi Munas Bali, Aburizal Bakrie, didaulat sebagai pembicara kedua, sekaligus terakhir.
Lalu, di mana tempat bagi Agung Laksono? Menurut Yorrys, panitia sepakat tak memberi panggung bagi Agung. Kata sambutannya akan diwakili Aburizal Bakrie. Tapi, kata Yorrys, skenario itu bukanlah penanda kekalahan kubu Munas Jakarta. Sebab, putusan kasasi yang memenangkan gugatan Aburizal dianggap sebagai pengakuan kembali atas kepengurusan Golkar versi Munas Riau (tahun 2009) yang mendaulat kepemimpinan Aburizal Bakrie.
Wakil Ketua Umum kubu Aburizal Bakrie, Nurdin Halid, mengatakan forum silaturahmi merupakan jalan untuk meretas kembali khitah partai yang menjunjung asas demokrasi Pancasila lewat mekanisme musyawarah mufakat. Namun ia enggan merinci apa saja kesepakatan yang terjalin di antara kedua kubu saat menyepakati forum silaturahmi tersebut. "Sudah ada kesepakatan dan kesepahaman saat Aburizal dan Agung Laksono bertemu," ucapnya.
Yorrys berharap forum silaturahmi mampu menghilangkan perbedaan kedua kubu dan menyatukan kepentingan untuk memuluskan agenda dan strategi partai, khususnya untuk menghadapi pilkada serentak, yang akan digelar pada 9 Desember mendatang.
"Jadi, ke depan tak boleh lagi ada pernyataan Munas abal-abal," kata Yorrys. "Dan sejak saat ini, kantor DPP di Slipi menjadi milik seluruh kader partai."
RIKY FERDIANTO