TEMPO.CO, Semarang - Pengajar Fakultas Sains dan Matematika (FSM), Universitas Diponegoro Semarang, menemukan alat penjernih udara yang mampu digunakan untuk menghadapi bencana kabut asap kebakaran hutan. Alat penjernih udara, yang diberi label Zetagreen, itu akan dikirim ke pusat bencana asap di Kalimantan.
"Kerjanya mudah, bisa membersihkan ruangan sekitar 4x4 meter memerlukan waktu 15 menit, udara sudah bersih," kata penemu Zetagreen, Dr. Muhammad Nur, Kamis, 29 Oktober 2015.
Penjernih udara Zetagreen berbentuk tabung setinggi 100 sentimeter dengan diameter 22 sentimeter, relatif kecil dan tidak makan tempat banyak. Menurut Muhammad Nur, satu unit alat yang ia ciptakan itu mampu membersihkan udara di ruangan seluas 16 meter persegi. “Cara penggunaannya cukup mudah, hanya aliri daya listrik, maka Zetagreen akan bekerja,” kata Muhammad Nur.
Sistem kerja alat ini menyedot asap oleh kipas yang berada di bagian atas. Asap tersebut masuk dan akan mengalami proses filterisasi dan dekomposiasi atau pemecahan gas tertentu. Alat ini juga menyerap kandungan virus, bakteri, dan jamur dalam udara ke dalam reaktor plasma, yang kemudian terjadi pembakaran oleh medan plasma dengan suhu 100 ribu derajat Celcius.
"Udara akan kembali ke partikel dasar. Partikel virus, bakteri, dan lainnya akan membeku dan mengendap di bawah," kata Muhammad Nur.
Alat ini berbeda dengan peralatan plasma lain yang melepaskan plasma ke udara. Zetagreen menyedot udara yang diproses filterisasi, kemudian menghasilkan udara bersih dengan kandungan oksigen 20 persen dikeluarkan dari bagian bawah mesin, setelah bakteri dan virus yang tersaring mengendap di bawah.
Karya Muhammad Nur itu juga mampu menyemburkan ion cluster dan oksigen aktif untuk membunuh virus dan bakteri yang tidak sempat terhisap oleh alat.
Muhammad Nur mengakui, teknologi hasil temuannya bukan hal baru karena para peneliti Universitas Diponegoro dari center of plasma research sudah meneliti aplikasi teknologi plasma untuk menghilangkan asap sejak 1999.
Bahkan pada 2004, Nur sudah menciptakan knalpot yang bisa menyaring gas buang kendaraan menggunakan plasma. “Zetagreen sendiri juga merupakan pengembangan dari temuan knalpot tersebut,” katanya.
Tercatat, Zetagreen sudah digunakan di sejumlah rumah sakit di Indonesia sejak 2010, yang jumlahnya 500 unit. Harganya pun masih relatif terjangkau, hanya Rp 5 juta dan bisa bertahan cukup lama dengan perawatan yang mudah.
Zetagreen diakui tak bisa digunakan untuk luar ruangan, tapi cukup efektif digunakan di ruangan seperti ruang kelas, kamar, bangsal rumah sakit, dan lainnya.
Pembantu Rektor I Universitas Diponegoro, Prof Dr Ir Zainuri, mengatakan teknologi tersebut akan dimanfaatkan di Kalimantan untuk menghadapi gangguan asap. "Tapi, jumlahnya tahu berapa. Alat itu bisa dipasang di tenda perlindungan," kata Zainuri.
Menurut dia, pesanan awal 100 unit untuk dikirim ke pusat bencana asap akibat kebakaran hutan di Kalimantan.
EDI FAISOL