TEMPO.CO, Jakarta - Kabut asap menyelimuti seluruh wilayah Provinsi Jambi dalam tiga bulan terakhir. Warga suku Anak Dalam, yang dikenal sebagai Anak Rimba, mulai terjangkit infeksi saluran pernapasan atas di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas.
"Sedikitnya sudah 80 keluarga atau sekitar 300 jiwa orang rimba kami evakuasi dan ditampung di rumah sehat yang kami sediakan," kata Fasilitator Kesehatan Warsi, Yomi Rivandi, Kamis, 29 Oktober 2015.
Menurut Romi, sekitar 1.700 jiwa Orang Rimba yang tinggal di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas terkena ISPA, mulai dari batuk, flu, ganguan pernapasan, hingga ganguan pencernaan, akibat dampak kabut asap ini.
"Atas dasar itu, kami berinisiatif menyediakan tempat evakuasi. Banyaknya orang rimba menderita sakit akibat kabut asap karena mereka tinggal di alam terbuka dan di pondok-pondok yang tidak memiliki dinding," ujarnya.
Rumah yang dijadikan tempat evakuasi tersebut berada di dekat Desa Bukit Suban, Kecamatan Kair Hitam, Kabupaten Sarolangun. Orang rimba yang diungsikan ini ditangani dua tenaga paramedis. Di sana juga sudah tersedia obat-obatan.
Rumah dua lantai berukuran sekitar 8 × 12 meter dibangun Warsi pada 2006, sebelumnya dijadikan rumah singgah para fasilitator Warsi sebelum masuk kawasan Taman Nasional yang berjarak dari Taman Nasional Bukit Duabelas.
"Kami, selain menutup lubang ventilasi rumah evakuasi itu, sekarang pasang alat penyejuk dan penjernih udara," kata Yomi.
Di sana juga sudah tersedia tabung oksigen dan satu unit ambulans. "Jika ada warga yang diketahui penyakitnya cukup parah, kami siap membawanya ke rumah sakit terdekat," ujarnya.
Salah seorang ketua orang rimba, Mangku Besemen, mengatakan sangat berterima kasih atas isiatif Warsi membantu warganya. "Sekarang serba sulit, anak-anak sudah banyak yang sakit, kabut asap sudah mengganggu kami. Akhirnya kami suruh anak-anak keluar (rimba), cari tempat aman dulu," katanya.
SYAIPUL BAKHORI