TEMPO.CO, Jakarta - Yesi Marsela hanya bisa menjerit. Udara bersih yang diperlukan paru-paru Ratu Agnesia terlambat datang. Bayi berusia 45 hari, putri dari Yesi Marsela itu, harus meninggal karena asap begitu buruk di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Ratu Agnesia, putri satu-satunya dari pasangan Yesi Marsela (24) dan Suyitno (25) meninggal dunia pada Sabtu, 3 Oktober 2015 lalu. "Sebelum meninggal, malamnya dia tidur dengan saya dan kakeknya. Kondisinya biasa saja. Jam empat subuh saya antar ke ibunya, tiba-tiba langsung napasnya sesak. Saya bilang cepat dibawa ke rumah sakit," ujar Helmi, nenek si bayi.
Bayi Yesi dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit setempat. Namun sekitar dua jam di rumah sakit, bayi mungil itu mengembuskan napas terakhir.
Tubuh kecil yang sudah tidak bergerak itu akhirnya dibawa pulang untuk dikebumikan di pemakaman umum setempat.
Yesi menangis saat Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa memeluk tubuhnya, seraya memberikan kata-kata semangat guna menghibur hati ibu muda yang ditinggalkan bayi kecilnya.
Menurut Helmi, sang nenek, setiap sore Yesi selalu ke pemakaman umum tempat bayinya dikuburkan untuk menghidupkan lampu agar menerangi tanah yang masih merah itu.
"Katanya, dia tidak tega. Sampai sekarang juga masih menimang-nimang seperti ketika bayinya masih ada," kata sang nenek.
Helmi mengaku bersyukur dengan kedatangan Menteri Sosial Khofifah karena menunjukkan adanya perhatian pemerintah kepada mereka yang tengah berduka.
Mensos mengunjungi kediaman Yesi untuk memberikan bantuan santunan kematian kepada para ahli waris korban meninggal akibat kabut asap.
"Ya, kita akan berikan bantuan santunan kematian bagi warga yang meninggal karena ISPU yang diambang batas," kata Menteri Sosial.
Bantuan santunan yang diberikan sebesar Rp 15 juta sebagai bentuk belasungkawa dari pemerintah.
Menurut data yang dikumpulkan Kementerian Sosial, hingga saat ini ada lima warga yang meninggal di Kalimantan Tengah, lima di Riau, dan empat di Palembang.
ANTARA