TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik Center for Strategic and International Studies, Phillip J. Vermonte, mengatakan penghapusan tiga sesi acara Ubud Writers dan Readerss Festival yang mengusung latar "Gerakan September dan Partai Komunis Indonesia" merupakan upaya menghambat kebebasan masyarakat. "Sekarang sudah tidak zamannya lagi menghalangi kebebasan masyarakat," ujar Phillip, Minggu, 25 Oktober 2015.
Menurut Phillip, forum Ubud merupakan perhelatan bagi para pegiat sastra dan pemikiran. Pelarangan salah satu sesi diskusi forum itu diyakini bakal sia-sia karena masyarakat Indonesia kini hidup di era keterbukaan informasi. "Masyarakat Indonesia makin lama makin terdidik, pendidikannya juga semakin naik. Kan ada sosial media, dan internet. Pengetahuan mereka tak bisa dihalang-halangi," kata Phillip.
BACA: G30S dan Pembantaian PKI
Menurut Philips, kejadian pembantaian 1965 tersebut sudah berlangsung lama, disaat era telah berganti, dan kini saatnya masyarakat memahami peristiwa tersebut secara komprehensif melalui diskusi. "Yang penting kita memfasilitasi agar terjadi diskusi yang satu, saling menghormati, kedua juga berbasis pada pemahaman yang komprehensif bukan parsial," kata koordinator lembaga survei CSIS ini.
Forum Ubud Writers & Readers Festival akan digelar kembali sejak 28 Oktober hingga 1 November 2015. Acara tahunan ini sudah 12 kali diselenggarakan di Ubud, Bali, namun baru kali ini mengundang pro dan kontra dari kalangan masyarakat dan pemerintah daerah. Faktor pemicunya adalah rencana pembahasan sesi G30S/1965 yang ditakutkan akan membawa luka lama Indonesia pada masa pembantaian berdarah itu. (Lihat: Ubud Writers & Readers Festival Dilarang Bahas G30S/1965)
Melalui perdebatan yang panjang dengan pemerintah daerah setempat, panitia Ubud Writers & Readers Festival mengumumkan di laman resminya bahwa ada tiga acara yang membahas peristiwa G30S/1965 dibatalkan dalam acara tersebut, yakni diskusi panel terkait dengan rekonsiliasi dan pemulihan, pemutaran film The Look of Silence karya Joshua Oppenheimer dan pameran serta peluncuran buku The Act of Killing.
DESTRIANITA K