TEMPO.CO, Bandung - Manajer Operasional PT Angkasa Pura II Bandara Husein Sastranegara Zainun Mansyur mengatakan pesawat sempat dilarang mendarat di bandara yang terletak di Bandung tersebut sejak Jumat pagi, 23 Oktober 2015. Penyebabnya adalah jarak pandang terbatas. “Sekarang sudah aktif lagi. Normalnya sejak pukul 11.25 WIB. Tadi AirAsia sudah mendarat pukul 12 siang,” ucapnya saat dihubungi Tempo, Jumat, 23 Oktober 2015.
Mansyur berujar, pengelola bandara tersebut dan maskapai sempat mendapat notices to airmen dari AirNav Indonesia soal larangan mendarat di Bandara Husein karena jarak pandangnya di bawah standar keamanan sebesar 3.900 meter. “Standar dari Kementerian Perhubungan, (jarak pandang pilot) Bandung harus di atas 3.900 meter,” tuturnya.
Menurut Mansyur, Kementerian Perhubungan sejak April 2015 menaikkan batas minimal jarak pandang aman bagi pesawat yang akan mendarat di Bandara Husein menjadi 3.900 meter, sebelumnya hanya 2.100 meter. “Antara pukul 10.30 sampai 11.00, visibility kami baru mencapai 3.000 meter,” katanya.
Gara-gara larangan tersebut, sejumlah penerbangan terpaksa dialihkan pendaratannya. Sejumlah jadwal penerbangan juga terpaksa ditunda atau dibatalkan. Mansyur mencontohkan, pesawat AirAsia yang berangkat dari Singapura, Denpasar, serta Kuala Lumpur menuju Bandung, terpaksa mendarat di Bandara Cengkareng, Jakarta. “Data seluruhnya masih dikumpulkan,” ucapnya.
Kendati dilarang untuk mendarat, pesawat masih diperbolehkan terbang dari Bandara Husein. “Sejak pagi, sudah ada enam pesawat yang berangkat. Ada yang delay, tapi detailnya masih dikumpulkan,” ujar Mansyur. Dengan normalnya jarak pandang tersebut, Bandara Husein sudah beroperasi normal lagi.
Dihubungi terpisah, pegawai Bagian Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kelas 1 Bandung, Yuni Yulianti, menuturkan penyebab terbatasnya jarak pandang tersebut akibat kabut. “Penyebab Bandung berkabut hari ini berasal dari polutan,” katanya saat dihubungi Tempo, Jumat, 23 Oktober 2015.
Menurut Yuni, kabut polutan berbeda dengan kabut umumnya yang biasanya disebabkan oleh kumpulan uap air pada pagi hari. “Kabut karena uap air itu biasanya terjadi pagi hari dan saat siang (terkena sinar matahari) sudah clear,” ucapnya.
Yuni berujar, kabut polutan di atas Bandung yang terjadi hari ini karena kombinasi sejumlah faktor. Di antaranya kelembapan udara rendah, sinar matahari yang terik, geografis Bandung yang menyerupai cekungan, dan kecepatan angin yang rendah. “Faktor cuaca lokal menjadi pemicu terjadinya kabut hari ini. Mudah-mudahan dalam satu-dua hari ini clear,” ujarnya.
AHMAD FIKRI