TEMPO.CO, Malang - Hutan lindung di Blok Watu Rejeng, lereng Gunung Semeru, Jawa Timur, terbakar pada Kamis, 22 Oktober 2015. Lokasi kebakaran berada di antara pos (selter) dua sampai tiga. Total hutan seluas 10 hektare hangus terbakar.
Kobaran api turut menjalar ke jalur pendakian. Untuk menghindari terulangnya tragedi kebakaran di lereng Gunung Lawu, beberapa hari lalu, petugas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dibantu para pecinta alam dikerahkan ke lokasi untuk memadamkan titik api. "Semoga bisa padam dalam satu atau dua hari ini," kata Kepala Balai Besar TNBTS Ayu Dewi Utari.
Petugas juga mengevakuasi para pendaki yang telah berada di puncak gunung. Upaya evakuasi dilakukan setelah kebakaran menjalar ke daerah jalur pendakian. Sebanyak 50-100 pendaki terdaftar naik ke Puncak Semeru pada Kamis siang. "Mereka dievakuasi turun melalui Ayek-ayek," katanya.
Ayek-ayek merupakan jalur alternatif pendakian. Ayu menduga kobaran api disebabkan oleh ulah pendaki yang menyalakan api unggun, tapi tidak mematikannya secara sempurna saat ditinggal pergi. "Kami sudah melarang pendaki menyalakan api unggun demi keamanan dan alasan konservasi," ujarnya.
Demi keselamatan para pendaki juga, Balai Besar TNBTS telah menutup segala aktivitas pendakian sampai batas waktu yang belum ditentukan. Penutupan jalur, katanya, demi keamanan dan keselamatan bersama.
Penutupan juga sebagai bentuk antisipasi agar peristiwa di kebakaran di Gunung Lawu, yang menewaskan tujuh pendaki, tidak terulang. "Seluruh pendaki kami minta mematuhi larangan kami. Sejumlah petugas diturunkan untuk mencegah pendaki nakal yang melanggar larangan pendakian," katanya.
Dengan mematuhi imbauan itu, Ayu berharap seluruh pendaki mau turun ke Ranu Pani, Lumajang. Sedangkan, yang berencana naik diminta untuk dibatalkan.
Sepanjang musim kemarau, di kawasan TNBTS telah terjadi 10 kali kebakaran. Total luas lahan yang terbakar mencapai 200 hektare. "Oro-oro Ombo juga pernah terbakar, tapi bisa segera dipadamkan," ujarnya.
EKO WIDIANTO