TEMPO.CO, Blitar - Keluarga Aris Munandar, pendaki yang diduga ikut menjadi korban kebakaran hutan di Gunung Lawu berharap tim identifikasi Kepolisian Daerah Jawa Timur segera memulangkan jasad Aris ke Blitar. Meski hasil identifikasi belum keluar, mereka meyakini jasad yang hangus terbakar itu ialah Aris Munandar.
Keinginan membawa pulang jasad Aris Munandar, pria 25 tahun yang bekerja di Jakarta sejak tiga tahun lalu ini, disampaikan Suryanto, ayah Aris. Suryanto meyakini jenazah yang hangus terbakar dan tengah dalam proses identifikasi tim DVI Polda Jawa Timur adalah anaknya.
“Cerita teman-temannya yang selamat dalam pendakian meyakinkan saya jika itu Aris,”kata Suryanto di rumahnya Jalan Imam Bonjol, Kota Blitar, Rabu petang, 21 Oktober 2015.
Sejak mendengar kabar tentang musibah yang menimpa anaknya dari perusahaan tempat Aris bekerja, Suryanto langsung menuju Magetan. Dia telah diundang petugas medis dari Polda Jawa Timur untuk mengidentifikasi jenazah di Rumah Sakit Umum Daerah DR Sayidiman Magetan.
Sayang, keyakinan tersebut masih terganjal dengan proses identifikasi tim Polda Jawa Timur yang harus melakukan tahapan uji DNA. Diperkirakan, proses tersebut akan memakan waktu hingga dua minggu. Selama itu pula, jenazah harus disimpan di ruang pendingin Rumah Sakit DR Suyidiman.
Penyimpanan itu membuat keluarga khawatir kondisinya akan semakin rusak dan busuk. Mereka berharap pihak rumah sakit dan Polda Jawa Timur merelakan keluarga membawa pulang jenazah itu agar segera dikuburkan. "Hal ini setidaknya akan membuat almarhum tenang di alam baka."
Seluruhnya, ada tujuh pendaki yang menjadi korban tewas kebakaran di Gunung Lawu. Tapi, per Selasa, 20 Oktober 2015 lalu, tersisa tiga jenazah yang belum dimakamkan dan masih tersimpan di Rumah Sakit Sayidiman. Dua lainnya sudah diketahui identitasnya secara pasti, yaitu Joko Prayitno, 31 tahun, warga Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat; dan Kartni, 29 tahun, warga Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Terhadap satu jenazah yang diduga adalah Aris, Ketua Tim Disaster Victim Identification Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Umar Shahab mengatakan pihaknya harus melakukan tes DNA untuk memastikan identitas korban.
"Perlu dilakukan tes DNA. Kami sudah mengambil sampel DNA keluarga yang datang ke sini (RSUD dr Sayidiman, Magetan) untuk dijadikan pembanding," ujar Umar, Selasa, 20 Oktober 2015.
HARI TRI WASONO