TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Institute for Development and Economics Analysis (IDEA) Yogyakarta Wasingatu Zakiyah menuturkan perempuan sangat dekat dengan isu korupsi. “Perempuan menjadi penting karena dia menerima dan merasakan dampak dari korupsi itu sendiri. Mereka menyentuh aktivitas sehari-hari terkait dengan layanan kesehatan dan pendidikan yang buruk,” ujarnya pada acara konsolidasi nasional gerakan antikorupsi di Jakarta pada, Rabu, 21 Oktober 2015.
Zakiyah menilai gerakan-gerakan antikorupsi selalu dikuasai oleh laki-laki. Sedangkan, perempuan, menurut dia, selalu dinomorduakan dan dianggap tidak tahu, tidak perlu tahu, dan tidak mau tahu. Padahal suara perempuan penting untuk dilibatkan dalam gerakan antikorupsi. “Jadi, yang ngomong korupsi bejat itu tidak hanya laki-laki, perempuan juga bisa mengatakan itu,” kata dia.
Ia mencontohkan gerakan yang bisa dilakukan perempuan setiap tahun ajaran baru sekolah. Zaki menggandeng organisasi Perempuan Indonesia Antikorupsi (PIA) bertemu dengan para wali murid untuk mengetahui berapa biaya yang harus dibayar untuk membeli seragam sekolah. Selain itu, mereka menghitung jumlah pungutan untuk pendaftaran sekolah putra-putrinya. “Kami ada alat-alat belajar yang bisa memastikan pungutan itu termasuk korupsi. Membayar guru supaya lulus juga bagian dari korupsi,” ujar Zakiyah yang juga pegiat antikorupsi.
Langkah lain yang sudah ditempuh Zakiyah bersama para perempuan di Yogyakarta adalah saat Presiden Joko Widodo berkunjung ke Yogyakarta. Zaki mengajak para perempuan dari kalangan ibu rumah tangga untuk melakukan demonstrasi dengan membawa poster antikorupsi di hadapan presiden. Ada beberapa poin yang disampaikan, di antaranya imbauan agar presiden memperkuat KPK, menindak tegas kasus korupsi yang menyangkut lingkungan hidup, menghentikan kriminalisasi terhadap KPK dan pegiat antikorupsi, serta menolak revisi Undang-undang KPK.
“Ketika Jokowi datang ke Jogja, mereka tahu mereka perempuan kecil yang hanya di rumah tangga, belum pernah demonstrasi, baru mengenal apa itu korupsi. Tapi, mereka menjadi sangat senang karena membawa poster antikoupsi,” kata Zakiyah.
Zakiyah menilai kekuatan solidaritas perempuan harus diangkat untuk meyakinkan petinggi republik bahwa perempuan mampu menjadi agen perubahan untuk gerakan antikorupsi. Selain itu, ia berpesan kepada seluruh perempuan Indonesia untuk mengenali bentuk-bentuk korupsi yang ada di lingkungan sekitar.
“Tolak segala bentuk suap dan jangan lakukan itu sekecil apapun karena akan jadi kebiasaan yang terus-menerus. Suami dan istri harus berlomba-lomba membangun karakter di dalam keluarga sehingga anak-anak bisa terbentengi agar selalu jujur. Ini tidak sekadar gerakan, tapi harus terus-menerus disuarakan,” ujar dia.
DANANG FIRMANTO