TEMPO.CO, Jakarta - Hasil survei Poltracking Indonesia menyebut tingkat popularitas Presiden Joko Widodo menurun drastis jika saat ini digelar pemilihan umum presiden.
"Publik kecewa atas janji saat kampanye Jokowi dulu dan perekonomian yang memburuk, " kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda, di Hotel Sofyan Betawi, Jakarta Pusat, Selasa, 20 Oktober 2015.
Hanta menjelaskan, popularitas Jokowi dianggap turun jika hari ini diadakan pilpres dan diikuti tiga kandidat, yaitu Jokowi, Prabowo Subianto, dan Susilo Bambang Yudhoyono.
Menurut Hanta, perolehan suaranya berturut-turut adalah Prabowo Subianto 33,05 persen, Jokowi 31,37 persen, Susilo Bambang Yudhoyono 15,58 persen. Sebanyak 20 persen tidak menyatakan pendapat.
Selain itu, ucap Hanta, Prabowo unggul jika pemilhan presiden diikuti dua kandidat, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto. "Prabowo 42,74 persen, Jokowi 35,74 persen, dan 21,52 persen tidak tahu atas jawabannya," katanya.
Menurut Hanta, survei itu didapat dalam rangka satu tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo-Wakil Presiden Jusuf Kalla. Sigi ini mewawancarai 1.200 koresponden dari 34 provinsi pada 7-14 Oktober 2015. (Simak: Setahun Jokowi-JK)
Hanta menjelaskan, turunnya popularitas Jokowi karena masyarakat tidak puas atas pemerintah yang dipimpinnya. Di antaranya soal masalahan ekonomi, melambungnya harga kebutuhan pokok, kurang tegasnya dalam pemberantasan korupsi, dan ketidakstabilan kondisi politik.
HUSSEIN ABRI YUSUF
Baca juga:
Anggota DPR Dewie Limpo Tersangka Suap Rp 1,7 M, Ini Proyeknya
Begini Kronologi KPK Tangkap Dewie Yasin Limpo