TEMPO.CO, Manokwari - Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo meminta maaf kepada seluruh masyarakat ihwal kerusuhan di Kabupaten Aceh Singkil, Aceh. Tak hanya itu, dia pun menyesali peristiwa kericuhan di Tolikara, Papua, yang terjadi beberapa bulan lalu.
"Saya selaku Menteri Dalam Negeri mohon maaf atas kerusuhan yang terjadi dan sulitnya dalam membangun tempat ibadah," ujar Tjahjo di Manokwari, Senin, 19 Oktober 2015.
Kerusuhan seperti yang terjadi di Tolikara dan Aceh Singkil, menurut Tjahjo, tak akan terjadi jika pemerintah daerah selalu bekerja sama dengan seluruh pihak terkait. "Tak ada istilah kecolongan jika ada koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan," ujar politikus PDI Perjuangan ini.
Tjahjo mengungkapkan, Indonesia bukanlah negara agama. Oleh karena itu, negara harus hadir dan menjamin keselamatan warganya untuk membangun rumah ibadah dan menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya masing-masing.
Kerusuhan di Aceh Singkil terjadi pada Selasa, pekan lalu. Ketika itu, sekelompok orang membakar Gereja Hurian Kristen Indonesia di Desa Suka Makmur, Kecamatan Gunung Meriah. Setelah itu massa berupaya membakar Gereja GKKPD di Desa Dangguran, Kecamatan Simpang Kanan, Aceh Singkil. Namun, mereka mendapat perlawanan dari orang-orang yang menjaga gereja tersebut dan memegang senjata penembak babi. Akibatnya, satu orang tewas dan tiga lainnya dirawat.
Sabtu lalu, anggota Kepolisian Daerah Aceh telah menangkap seseorang yang diduga menembak massa yang akan merusak gereja Desa Dangguran, Kecamatan Simpang Kanan. Selain itu, polisi telah menetapkan tiga tersangka dari massa pembakar gereja.
GANGSAR PARIKESIT