TEMPO.CO, Surabaya - Matahari berada tepat di atas kota Surabaya mulai hari ini, Rabu 14 Oktober 2015. Terik sinar matahari dan suhu udara di kota ini dipastikan akan lebih menyengat daripada biasanya.
Bambang Setiajid, Kepala Seksi Data dan Informasi di Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, mengatakan suhu udara siang hari bisa mencapai 36 derajat Celsius dari rata-rata normalnya 32. “Ini fenomena normal, namun patut diwaspadai,” kata Bambang saat ditemui di kantornya, Selasa 13 Oktober 2015.
Beberapa hari belakangan, suhu siang hari di Kota Surabaya, Bambang menjelaskan, sudah mencapai 35,6 derajat Celsius. Peningkatan lebih tinggi lagi diperhitungkannya selama seminggu ke depan hingga lebih dari 36 derajat –tapi tak sampai 37.
“Tepat tanggal 21, Surabaya akan sangat panas,” katanya sambil menambahkan hal yang diwaspadai adalah bencana kebakaran.
Bagian dari Kota Surabaya yang paling terdampak dari posisi bumi atau Surabaya dan matahari saat ini, menurut Bambang, adalah wilayah Perak. Selain merupakan dataran paling rendah, ramainya aktivitas kendaraan besar atau berat di wilayah itu menghasilkan emisi yang juga bisa menimbulkan panas. “Bisa lebih panas daripada wilayah lain di Surabaya, namun tidak sampai 37 derajat.”
Setelah tanggal 21, Bambang menambahkan, suhu udara di Surabaya akan menurun kembali. Suhu normal rata-rata siang hari disebutnya sebesar 32 derajat. “Butuh waktu satu minggu juga, untuk kembali ke suhu biasanya.”
Rusmanto (37), pedangang kaki lima penjual es di wilayah Perak Barat, merasakan perubahan suhu udara itu dengan cara yang berbeda. “Alhamdulillah dagangan saya memang ramai pada minggu-minggu belakangan ini,” kata dia. Menurutnya panas terik matahari bisa membuat dagangannya laris. Ia juga sering mendengar keluhan pelanggannya tentang panasnya cuaca belakangan ini.
KURNIAWAN ARIEF