TEMPO.CO, Surabaya- Calon Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, bersama putra pahlawan nasional Bung Tomo, Bambang Sulistomo menemui pengunjung taman bungkul yang rata-rata anak muda, Minggu, 11 Oktober 2015. Kedua tokoh ini juga menyempatkan bercanda sambil memberikan semangat perjuangan kepada para generasi muda Kota pahlawan. “Semangat perjuangan ini harus terus digelontorkan kepada generasi muda, supaya mereka siap mengehadappi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN),” kata Risma kepada anak muda itu.
Menurut Risma, apabila generasi muda itu tidak dipacu dengan semangat perjuangan, maka dimungkinkan ketika datangnya MEA, akan menganggap biasa-biasa saja, seakan tidak terjadi apa-apa. Sebaliknya, apabila terus digosok semangat daya juang itu, maka dipastikan akan semakin membara dalam menghadapi MEA. “Nah, ini yang sangat bagus dan paling penting,” kata dia.
Baca juga:
Soekarno Minta Seniman Tak Dibunuh Pasca-G30S, Ini Alasannya
Anak Bunuh Ayah di Koja, Ibu Pernah Dipukul Pakai Balok
Risma menambahkan, cerita tentang semangat perjuangan yang diberikan oleh Bung Tomo kepada warga Surabaya pada pertempuran 10 November sangat luar biasa. Bahkan, Risma menceritakan bahwa setiap bulan November itu bapaknya selalu menceritakan perjuangannya ketika masa perjuangan, termasuk pada pertempuran 10 November di Surabaya.
“Bapak saya itu pelakunya, dan Bung Tomo itu adalah kakak kelas bapak saya waktu sekolah, jadi tahu betul pertempuran itu,” katanya.
Oleh sebab itu, Risma melanjutkan, pada masa dirinya menjabat Wali Kota Surabaya, ia membuat sekolah kebangsaan, dengan harapan supaya anak-anak muda Surabaya bisa mengetahui sengitnya perjuangan dan semangat juang warga Surabaya pada pertempuran yang banyak menewaskan tentara Inggris itu.
“Kala itu, Bung Tomo memiliki inisiatif untuk keluar dan menyemangati Warga Surabaya, sehingga meletuslah 10 November itu,” ujarnya.
Baca juga:
Soekarno Minta Seniman Tak Dibunuh Pasca-G30S, Ini Alasannya
Anak Bunuh Ayah di Koja, Ibu Pernah Dipukul Pakai Balok
Sementara itu, putra pahlawan nasional Bung Tomo, Bambang Sulistomo menitipkan Kota Surabaya supaya tetap menjaga rasa persatuan dan kesatuan arek-arek Suroboyo, artinya bahwa Kota Surabaya tambah lama akan tambah rame dan banyak masalah ekonomi dan budaya yang akan terjadi, sehingga persoalan ini hanya bisa diatasi apabila warganya bersatu.
“Jadi, jangan sampai ada perbedaan latarbelakang agama, suku dan tempat tinggal, dan kita harus tetap bersatu,” kata dia.
MOHAMMAD SYARRAFAH