TEMPO.CO, Boyolali - Kebakaran yang melanda hutan Gunung Merbabu sejak Ahad dua pekan lalu telah memaksa sejumlah primata jenis rekrekan atau lutung abu (Presbytis fredericae) menuruni lereng gunung. Rekrekan adalah salah satu satwa endemik di Taman Nasional Gunung Merbabu.
“Tapi turunnya rekrekan masih di dalam kawasan hutan lindung, belum sampai ke permukiman penduduk,” kata petugas teknis Pengendali Ekosistem Hutan Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGM), Saipul, pada Rabu, 7 Oktober 2015.
Saipul berujar, turunnya rekrekan terpantau dari Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, sejak Kamis hingga Sabtu pekan lalu. Adapun dua primata jenis lain di Gunung Merbabu, yakni lutung hitam dan kera ekor panjang, hingga kini belum terpantau turun. “Memang rekrekan yang paling sensitif terhadap asap,” ucap Saipul.
Adapun pada Rabu siang, BTNGM mendapat informasi dari seorang warga ihwal turunnya harimau di Dukuh Tritis, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali. Namun, hingga pukul 14.00, tim dari BTNGM belum menemukan narasumber yang menyaksikan langsung turunnya harimau tersebut. “Informasi turunnya harimau itu belum akurat. Kami masih menelusuri kebenarannya,” tutur Saipul.
Sudah sebelas hari kebakaran melanda hutan di Gunung Merbabu. Selain membakar hutan di Kecamatan Ampel, Boyolali, titik api muncul di hutan Dusun Cingklok, Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
“Titik api di Kabupaten Semarang terpantau sejak Minggu lalu. Sedangkan Magelang sampai saat ini masih aman,” kata koordinator Perlindungan dan Pengamanan BTNGM, Wawan Kurnia Adi Wirawan. Ihwal total luas lahan yang terbakar, Wawan mengaku belum ada penghitungan secara resmi.
Akibat sulitnya medan di Merbabu, pemadaman api secara manual sementara dihentikan sejak Selasa lalu. “Medannya berupa tebing-tebing dengan kemiringan mencapai 70 derajat dan hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama enam jam dari posko terdekat,” ucap Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Boyolali Purwanto.
BTNGM berencana melakukan pemadaman melalui udara. Pemadaman menggunakan pesawat itu ditargetkan bisa dilaksanakan pekan ini. Pemadaman dengan cara pengeboman air menggunakan pesawat itu dijadwalkan sebanyak tiga kali “Kami akan menyediakan air sebanyak 10 ribu liter,” ujar Purwanto.
DINDA LEO LISTY