TEMPO.CO, Jakarta - Tim evakuasi jenazah gagal mencapai lokasi jatuhnya pesawat Aviastar di Gunung Bajaja, Dusun Gamaru, Desa Ulusalu, Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Mereka kelelahan. Tim harus berjalan kaki ke lokasi jatuhnya pesawat Aviastar dengan medan terjal. Apalagi mereka hanya berbekal gula merah dan air mineral.
"Air mineral yang kami bawa tidak cukup, sementara tidak ada suplai makanan dari posko induk di Dusun Gamaru," kata Abdullah, anggota tim SAR, Selasa, 6 Oktober 2015.
Tim yang berangkat sejak pukul 06.30 Wita itu hanya mampu mencapai Posko 1. Dari Posko 1 menuju titik jatuhnya pesawat masih butuh waktu tiga jam. (Lihat video Kronologi Pesawat Aviastar, Dari Bandara Andi Jemma Hingga Ditemukan di Luwu Selatan)
"Kami tidak bisa paksakan untuk sampai ke lokasi pesawat, bekal habis dan tidak ada lagi air minum. Kami harus kembali, apalagi kondisi di puncak sudah mulai gelap karena tertutup kabut," ujar Abdullah.
Dia memperkirakan evakuasi jenazah jika melalui jalur darat membutuhkan waktu lama karena jenazah harus ditandu dan melewati medan terjal. "Medannya lebih sulit dari latihan tentara karena menanjak sampai 4 kilometer dan tidak ada tanah datar," tuturnya.
Kepala Basarnas F.H. Bambang Sulistiyo mengatakan pihaknya berupaya mengevakuasi jenazah melalui udara. Timnya akan meninjau kondisi lokasi jatuhnya pesawat. "Jika memungkinkan, kita akan evakuasi melalui jalur udara saja, langsung diterbangkan ke Makassar," ucap Sulistiyo.
Di Dusun Gamaru, pukul 13.20 Wita, sudah mulai berkabut. Kondisi ini akan semakin menyulitkan proses evakuasi. Bupati Luwu Andi Mudzakkar mengerahkan semua laki-laki dewasa di Desa Ulusalu dan Desa Tulaju untuk ikut mengevakuasi jenazah.
HASWADI