TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Menteri Perhubungan Hadi M. Juraid menyebutkan pesawat Twin Otter PK-BRN milik Aviastar masih laik terbang. Menurut Hadi, pesawat dengan rute Masamba-Makassar itu tak bermasalah karena masih mengantongi izin terbang.
"Masih, secara teknis tidak bermasalah. Memang pesawat itu produksi tahun 1982 tapi Twin Otter ini kan kategori pesawat bandel," kata dia saat ditemui seusai acara diskusi di rumah makan Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 3 Oktober 2015.
Meski berumur lebih dari 30 tahun, dia menuturkan pesawat jenis Twin Otter ini juga masih digunakan di negara lain. Pesawat tersebut, menurut dia, istimewa karena jika instrumennya ditukar maka kondisi kendaraan tersebut sama seperti 80 persen baru. Pesawat Aviastar telah melakukan penggantian tersebut sekitar awal tahun ini.
Hadi mengatakan semua penumpang pesawat Aviastar adalah penumpang Kementerian Perhubungan. Salah satunya adalah Kepala Bandara Muhammad Nasir. Total penumpang sebanyak tujuh orang dengan rincian lima orang dewasa dan dua bayi. Berdasarkan informasi terakhir, hingga pukul 09.00 pagi tadi, tim SAR belum sampai ke lokasi penyisiran.
General Manager Aviastar Petrus Budi Prasetyo juga memastikan pesawat perintis Aviastar The De Havilland Canada DHC-6-300 Twin Otter laik terbang. Pesawat itu kelaiakannya terakhir diperiksa pada Januari 2015. "Perawatan rutin, ada juga yang diganti," kata Petrus.
Menurut dia, meskipun pesawat dibuat 34 tahun silam, tapi jam terbang pesawat tak dihitung berdasarkan tahun pembuatan. Sejumlah onderdil yang baru diganti menurut dia, jam terbangnya akan kembali ke nol.
Pesawat Aviastar rute Masamba-Makassar hilang kontak sejak Jumat siang, 2 Oktober 2015. Pesawat Aviastar membawa tujuh orang penumpang. Terdiri dari lima penumpang dan dua balita. Sedangkan kru pesawat berjumlah tiga orang, yakni pilot, kopilot, dan teknisi.
Pesawat Twin Otter DHC6 berkapasitas 18 penumpang ini hilang setelah lepas landas dari Bandar Udara Andi Djemma pada pukul 14.25 Wita. Pukul 14.33 Wita, pilot melakukan kontak terakhir dengan petugas di darat, kemudian hilang. Seharusnya pesawat mendarat di Bandar Udara Sultan Hasanuddin Makassar pada pukul 15.39 Wita.
ALI HIDAYAT