TEMPO.CO, Makasar - Seluruh penumpang pesawat Aviastar rute Masamba-Makassar yang hilang kontak, Jumat, 2 Oktober 2015, ternyata pegawai otoritas bandara beserta keluarganya. Dari tujuh penumpang di pesawat itu, salah seorang di antaranya adalah Kepala Bandara Seko, Kabupaten Luwu Utara.
Penumpang yang dimaksud bernama Muhammad Natsir. "INatsir itu Kepala Bandara Seko," kata juru bicara maskapai Aviastar, Sherly Silvana.
Sherly menerangkan keberadaan pegawai otoritas bandara di pesawat tersebut mungkin hanya kebetulan. Disinggung perihal jabatan para penumpang lainnya di otoritas bandara, pihaknya kurang mengetahuinya lantaran dalam data manifes pesawat memang tidak dicantumkan. Namun, mereka disebut Sherly merupakan pegawai otoritas Bandara Seko dan Bandara Andi Djemma.
Lebih jauh, Sherly menjelaskan selain Natsir, enam penumpang lainnya diketahui berasal dari dua keluarga. Rinciannya, Nurul Fatimah bersama dua anaknya yakni Afif dan Raya. Lalu, ada pula pasangan suami-istri, Riza Armani dan Lisa Falentin, yang bersama seorang anaknya, Sakhi Arqobi. Di luar penumpang itu, terdapat tiga kru yakni Iriafriadi (pilot), Yudhistira (co-pilot) dan Soekris (teknisi).
Sherly mengatakan kabar hilang kontaknya pesawat Aviastar itu sudah disampaikan kepada keluarga penumpang. Beberapa kerabat penumpang sudah ada yang berada di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar untuk mengetahui perkembangan kabar pencarian pesawat yang diketahui hanya mampu terbang paling lama sekitar 3 jam.
Pesawat berjenis twin otter itu diketahui hilang kontak sekitar 11 menit setelah take-off dari Bandara Andi Djemma, sekitar pukul 14.25 Wita. Otoritas bandara dan tim SAR gabungan akhirnya mulai melakukan pencarian karena "burung besi" itu tidak kunjung tiba sesuai jadwal pada pukul 15.39 Wita. Belum diketahui pasti titik koordinat hilang kontaknya pesawat itu, seperti halnya nasib para penumpangnya.
Keluarga Nurul Fatimah, Zulkarnaen, mengatakan keluarga mendoakan para penumpang dan kru pesawat itu selamat. Ia berharap yang terbaik buat sepupu dan dua keponakannya yang ada di pesawat. "Kami harap dan menunggu kabar baik. Semoga saja," ucap Zulkarnaen yang setia menunggu di posko crisis centre di Bandara Sultan Hasanuddin.
Kepala Dinas Personel Lanud Hasanuddin, Letnan Kolonel Handaka, mengatakan setelah mendapatkan kabar hilang kontaknya pesawat itu, pihaknya langsung berkoordinasi dengan pihak terkait untuk membentuk SAR gabungan. Operasi itu melibatkan satuan operasi, intelijen, jaringan informasi dan komunikasi serta SAR. "Kami lakukan pemetaan melihat sumber daya yang ada dan bisa digerakkan," kata Handaka.
TRI YARI KURNIAWAN