TEMPO.CO, Bojonegoro - Tiga mortir dan diduga masih aktif ditemukan Sulis, seorang penambang pasir, di Bengawan Solo, Senin sore, 28 September 2015. Mortir sebesar lengan orang dewasa dan sepanjang 20 sentimeter itu langsung diteliti penjinak bahan peledak (Jihandak) Brimob Polda Jawa Timur.
Sulis menemukan peledak itu tepat di bawah jembatan Kali Ketek, Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro. Temuan mortir yang sudah karatan itu disampaikan kepada Bintara Pembina Desa Banjarsari dan diteruskan ke Markas Sub-Detasemen C Pelopor Brimob Polda Jawa Timur di Bojonegoro.
Sulis menceritakan, saat itu ia sedang mengeruk pasir. Tiba-tiba sekopnya membentur benda keras. Setelah diambil, ternyata benda tersebut berbentuk besi lonjong. Dua benda serupa juga ditemukan tak jauh dari lokasi penemuan pertama.
Komandan Satuan Sub-Detasemen C Brimob Polda Jawa Timur Ajun Komisaris Santoso membenarkan bahwa pihaknya mendapat titipan tiga bom jenis mortir. Alat peledak itu masih diteliti penjinak bom dari tim Gegana. ”Soal aktif dan tidaknya, masih diteliti,” ujarnya, Selasa, 29 September 2015.
Santoso mengapresiasi tindakan masyarakat yang segera melaporkan temuan mortir itu kepada polisi. Sebab, temuan senjata dalam bentuk apa pun, kata dia, seharusnya memang dilaporkan kepada aparat yang berwenang.
Penemuan bom jenis mortir di Bengawan Solo bukan kali ini saja. Pada 2007, seorang penambang juga menemukan bom berukuran panjang 115 sentimeter dengan lingkaran seukuran perut orang dewasa. Bom peninggalan perang kemerdekaan ini ditemukan penambang pasir di bawah Jembatan Cepu, Kabupaten Blora.
Sejak penemuan bom itu, kantor Kecamatan Cepu melarang penambang pasir mencari patahan besi yang masih banyak ditemukan di bawah jembatan. Dikhawatirkan di antara sepihan besi itu masih terdapat sisa-sisa bom peninggalan perang kemerdekaan.
SUJATMIKO