TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu tim Panitia Penyelenggara Ibadah Haji, Fadil, menjelaskan proses sulitnya identifikasi jemaah haji Indonesia, korban tragedi Mina. Fadil mengatakan proses itu kepada Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang sedang berkunjung ke Majma’ ath-Thawary bil Mu’aishim, tempat pemulasaraan jenazah korban peristiwa Mina Minggu 27 September 2015.
Menurut Fadil, jenazah korban peristiwa Mina disimpan dalam beberapa kontainer berpendingin udara. Ketika pemeriksaan akan dimulai, kontainer dimasukan satu persatu ke ruangan identifikasi. “Sistemnya kontainer masuk, jenazah turun, identifikasi ada barang apa, lalu masukan ke file, setelah itu kontainer keluar dan masuk lagi kontainer selanjutnya. Sekarang ini masih ada 4 kontainer,” kata Fadil dalam keterangan resmi dari Kementerian Agama Senin 28 September 2015.
Menurut Fadil, dalam proses identifikasi, setelah jenazah diturunkan, maka akan difoto untuk dirilis dan diberi nomor jenazah. Bersamaan dengan itu, dokumen atau benda apapun yang melekat pada jenazah akan diambil untuk kemudian dimasukan dalam satu file (amplop) tersendiri yang juga diberi nomor jenazah.
Petugas haji, lajut Fadil, mengawali identifikasi jenazah dari foto-foto yang dirilis oleh Pemerintah Arab Saudi. Jika ada kemiripan, dilakukan proses cek lanjutan dengan mencocokan file yang tersimpan di gedung yang berbeda.“Kalau dari segi fisiknya terlihat di foto ada kemiripan dengan jemaah Indonesia, kami cek ke filenya," katanya.
Fadil mengatakan dirinya pun pernah kecele. Ketika dilihat di foto, ada kemiripan, namun saat dicek ternyata korban bukan jemaah Indonesia.
Fadil mengaku proses identifikasi itu memang membutuhkan waktu. Pasalnya, ada kalanya foto sudah dirilis namun ketika akan dilakukan crosscheck ke file, ternyata file dengan nomor rilis foto yang ada belum keluar sehingga harus menunggu sampai file itu keluar. “Ada juga yang fotonya sudah dirilis dan kami sudah menemukan jemaah Indonesia, namun file korban belum muncul. Kami tunggu sekitar setengah jam, file itu baru muncul di ruang selanjutnya,” katanya.
Fadil mengatakan bahwa secara umum identitas jemaah ditemukan dengan petunjuk gelang. Walau begitu, Fadil juga berbagi kisah keberhasilannya mengidentifikasi jenazah jemaah haji Indonesia yang melalui telepon genggam yang merupakan satu satunya alat yang sedang dipegang korban.
Awalnya Fadil mengidentifikasi salah satu foto jenazah sebagai orang Indonesia. Setelah itu, dia melakukan pengecekan ke file jenazah tersebut sesuai dengan nomornya. “Setelah dicek ke file, ternyata tidak meninggalkan apa-apa, hanya sebuah handphone," katanya.
Ia pun mengambil simcard telepon itu, untuk diperiksa isi datanya. Fadil memeriksa kepada siapa korban terakhir menelepon dan berkirim pesan singkat. "Dari penelusuran itu, diketahui ternyata korban adalah WNI over stayer asal Malang yang sudah 15 tahun di sini," katanya.
Mendengar kisah Fadil, Menteri Lukman mengatakan bahwa informasi tentang bagaimana tim PPIH menelusuri jenazah harus dapat didokumentasikan dengan baik. “Ini menarik. Jadi berbagai variasi cara verifikasi itu dijelaskan,” kata Lukman.
Mekanisme cara melakukan verifikasi, kata Lukman, juga harus didokumentasikan untuk bahan laporan. "Begini loh proses verifikasi yang dilakukan," lanjutnya.
Sejak pertama kali memberikan akses kepada petugas haji setiap negara, Pemerintah Arab Saudi telah merilis lebih dari 1.000 foto jenazah. Pada malam pertama pembukaan akses, Jumat 25 September malam, dirilis sekitar 500 foto. Pada malam kedua kemudian dirilis kembali 350 foto. Dan pada malam ketiga, diinformasikan bahwa telah dirilis kurang lebih 300 foto.
Pantauan Media Center Haji foto-foto tersebut di tempel pada dinding-dinding dua buah ruangan besar dengan luas sekitar 60 meter persegi. Satu ruangan diperuntukan untuk menempel foto-foto sebelumnya, sedang satu ruangan untuk menempel foto-foto rilis terbaru.
Menteri Lukman sempat melihat ruangan rilis foto itu, Lukman pun berkesempatan melihat ruang penyimpanan file dan dokumen jenazah. Ia pun melihat langsung kamar penyimpanan jenazah. Pantauan tim MCH, tampak beberapa jenazah yang dijejer rapih dalam sebuah ruangan berpendingin.
Hingga Senin 28 September 2015 dini hari, Tim PPIH telah berhasil mengidentifikasi 41 jemaah haji Indonesia yang wafat karena peristiwa Mina. Namun demikian, dari laporan yang masuk, masih ada 82 jemaah haji Indonesia yang belum diketahui keberadannya. Menteri Lukman memerintahkan agar pemeriksaan foto dilakukan dengan teliti untuk mengidentifikasi para jemaah Indonesia.
Dirjen PHU Abdul Djamil memastikan bahwa tim PPIH akan terus bekerja keras untuk melakukan penelusuran. “Tim telah berusaha keras siang dan malam mencari jemaah yang masih belum diketahui keberadaannya dan mengidentifikasi jenazah yang telah diketahui meninggal dunia,” kata Djamil.
MITRA TARIGAN