TEMPO.CO, Samarinda - Kemarau panjang di Kalimantan Timur tak hanya berdampak pada timbulnya kabut asap, tapi juga berimbas pada krisis air di Kabupaten Kutai Kartanegara. Terhitung sejak 25 September 2015, daerah ini sudah menetapkan status siaga darurat kekeringan.
"Ya, sudah kami tetapkan siaga per 25 September kemarin," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kutai Kartanegara Darmansyah saat dihubungi Tempo, Senin, 28 September 2015.
Penetapan siaga kekeringan ini dibenarkan Davip Haryanto, juru bicara Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara. Menurut dia, dari hasil rapat bersama 15 camat di kabupaten itu, hampir setengah desa di setiap kecamatan mulai krisis air. Sumber-sumber air, menurut dia, sudah rawan kekeringan. (Lihat Video Walhi: Hujan Buatan Bukan Jawaban, Walhi: Waduk Bukan Solusi Atasi Krisis Air)
"Setengah wilayah di setiap kecamatan sudah terancam kekeringan. Sumber air sudah menipis," ucap Davip.
Sebagai langkah penanganan, Pemkab Kutai sudah melakukan koordinasi dengan melibatkan semua pihak dalam mengatasi kekeringan yang terjadi jika hujan tak turun hingga sebulan ke depan. Pemkab Kutai sudah memobilisasi seluruh perangkat agar membantu warga memenuhi kebutuhan air bersih.
"Dengan status itu, kami bisa gunakan dana anggaran tak tersangka pada APBD senilai Rp 15 miliar untuk memobilisasi, pengadaan air bersih, dan semua kebutuhan pendanaannya," ujarnya.
Kekeringan yang melanda Kutai juga bakal berdampak pada munculnya kebakaran hutan, lahan, dan pemukiman. Karena itu, menurut Davip, Pemkab Kutai meminta setiap kecamatan selalu siaga kebakaran. Kekeringan yang melanda sangat mungkin memantik munculnya api.
"Tak hanya siaga saja, tiap-tiap kecamatan juga diharuskan melakukan patroli rutin untuk memantau di wilayahnya," tuturnya.
FIRMAN HIDAYAT