TEMPO.CO, Kupang - Musyawarah daerah (Musda) Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berlangsung di Kupang, Ahad 27 September 2015 berakhir ricuh.
Kericuhan ini justru terjadi bukan di arena musda, tapi di Bandara El Tari Kupang, setelah para peserta kongres mengejar utusan DPP Partai Hanura yang meninggalkan forum musda dan hendak kembali ke Jakarta menggunakan pesawat Garuda.
Mereka mengeluarakan kata-kata umpatan kepada utusan DPP dan salah satu calon ketua Dewan pimpinan daerah (DPD) Hanura NTT yang juga anggota DPD RI Paul Lianto. Aksi tunjuk hingga nyaris adu jotos di pertontonkan oleh anggota Partai Hanura, sehingga menjadi tontotan pengunjung di Bandara El Tari Kupang.
Ironisnya kericuhan itu justru terjadi di hadapan Gubernur NTT Frans Lebu Raya yang baru tiba usai berkunjung ke Manukwari, Papua Barat.
Ketua DPD Partai Hanura NTT terpilih Jimi Sianto menyesalkan sikap utusan DPD Partai Hanura yang meninggalkan arena musda dan memilih kembali ke Jakarta, setelah dirinya mendapat dukungan mayoritas peserta musda dan memenangi musda tersebut. "Saya terpilih secara aklamasi, tapi utusan DPP tidak mau mengakui itu dan memutuskan untuk meninggalkan arena musda," katanya.
Dia mengaku siap dipecat dari Hanura, jika hasil musda tersebut tidak diakui DPP Hanura. Dia juga mengancam akan membawa masalah ini ke Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto. "Saya siap dipecat," kata sambil berteriak.
Calon Ketua Partai Hanura NTT Paul Lianto mengatakan dirinya diminta oleh DPP Partai Hanura untuk bertarung pada musda Hanura NTT. Namun dia mengaku justru di permalukan di musda. "Saya diminta oleh DPP Hanura, karena saya bukan orang partai Hanura," tegasnya.
Kericuhan mulai mereda, setelah Gubernur NTT Frans Lebu Raya menenangkan massa Hanura yang mulai emosional, dan kembalinya utusan DPP ke arena musda.
YOHANES SEO