TEMPO.CO, Purwakarta - Bulan purnama yang akan terjadi sepanjang Ahad malam, 27 September 2015, atau bertepatan dengan 14 Zulhijah 1436 H, akan menggantikan penerangan dengan media energi listrik di seluruh pelosok, Purwakarta, Jawa Barat.
"Sejak pukul 18.00 hingga 21.00, semua warga harus mematikan listriknya," kata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi kepada Tempo, Sabtu, 26 September 2015.
Sakelar listrik yang dimatikan bisa di bagian teras atau di dalam rumah. Adapun untuk di wilayah perkotaan, semua penerangan jalan umumnya pun ikut dimatikan.
Dedi mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak PLN buat mewujudkan program bertitel "Kala Purnama, Mati Listrik" itu. Ia beralasan, program tersebut dibesutnya, dalam upaya mengajak warga "back to nature" atau kembali kepada alam.
"Bulan itu, merupakan sumber penerangan alami yang diciptakan Tuhan buat kepentingan manusia saat malam hari. Jadi, harus kita manfaatkan," Dedi memberikan penjelasan.
Khusus buat anak sekolah, Dedi mengaku telah memberikan tugas untuk membuat sebuah kisah atau cerita dalam upaya mengasah daya cipta dan imajinasi si anak.
"Penyampaiannya bisa dengan melukis, menggambar, bercerita, menulis puisi tentang purnama itu sendiri," Dedi mengimbuhkan.
Ihwal munculnya tudingan miring bahwa program Kala Purnama, Listrik Mati yang menurut sebagian warga sebagai hal mistik, Dedi menanggapinya dengan tenang.
Menurutnya, program tersebut sama sekali tidak mengandung unsur mistik, malah sebaliknya, sangat rasional.
"Pada saat bulan purnama, kita semua bisa khusyuk untuk berbuat apa saja. Termasuk mensyukuri atas nikmatnya ciptaan Allah SWT tersebut," ujar Dedi.
Salah seorang warga Kecamatan Purwakarta, Khairuddin, mengaku tak habis pikir dengan ide nyeleneh bupatinya tersebut. Menurut dia, soal menikmati suasana bulan purnama tak perlu diformalkan menjadi sebuah program. Apalagi dengan embel-embel harus mematikan listrik segala.
"Toh, siapa pun yang mau menikmati ciptaan Allah itu, punya caranya sendiri-sendiri," kata Khairuddin.
Dedi sendiri, saat bulan purnama besok malam akan menikmatinya di kampung adat Cihanjawar, Kecamatan Bojong, yang berada di antara kaki gunung Sunda dan Burangrang.
NANANG SUTISNA
Baca juga:
Gawat, Inilah yang Bisa Bikin Sepak Bola Mati Pelan-pelan
Ahok Kaget: Anggaran Rotterdam Rp 3,5 T, Jakarta Rp 12,1 T
Video Terkait: