TEMPO.CO, Pontianak - Arninda binti Idris Usman (26) mengaku dua kali lolos dari kecelakaan di Mekah, Arab Saudi, pada musim haji tahun ini. Ninda meminta doa seluruh warga Kota Pontianak, agar pemerintahh segera mengetahui nasib rombongannya yang akan beribadah melontar Jumrah di Jamarat.
"Sangat-sangat trauma. Dua kali kejadian yang hampir merenggut nyawa Ninda," kata dia melalui pesan Blackberry kepada Tempo, Jumat, 25 September 2015. Sebelumnya, dia melihat sendiri crane jatuh dan menimpa jemaah yang berada di depannya. Kejadian crane jatuh ini merenggut 107 nyawa.
BACA JUGA
TRAGEDI MINA: Ini Alasan Raja Arab Pancung 28 Petugas Itu
Pangeran Salman Dituding Biang Tragedi Mina
TRAGEDI MINA: Ini Dugaan Penyebab Aksi Saling Desak & Injak
Peristiwa jatuhnya crane membuatnya sangat trauma. Ninda hanya pasrah, mengingat hidup dan mati adalah kuasa Tuhan. Demikian pula saat dirinya terinjak ratusan manusia bertubuh besar di Mina, yang masih dalam wilayah administrasi Mekah. Ninda memasrahkan diri, dan melafazkan syahadat berulang kali. "Kalau memang harus wafat di Mekkah, saya ikhlas."
Dia terus melafazkan syahadat hingga tak sadarkan diri. Saat tersadar dia sudah berada di rumah sakit. Tulang lehernya cidera, sehingga dia harus mengenakan penahan leher. Kakinya pun cidera. "Mohon doa dari seluruh warga. Keadaan Ninda, Alhamdulillah sudah membaik," ujar Ninda. (Lihat video Tragedi Mina, Tiga Jamaah Haji Indonesia jadi Korban)
Ninda sendiri tidak mengetahui mengapa ia sampai berada di jalur tersebut saat akan melaksanakan melontar jamarat. "Kurang tahu, cuma ikutin aja jalan untuk melontar jamarat," kata dia.
Sekilas dia menyadari dirinya terseret dan diinjak orang besar dan hitam. Begitu sadar, Ninda sudah berada di rumah sakit. "Katanya saya ditarik polisi karena masih ada nafasnya. Tapi Abang dan sebagian jemaah, khususnya rombongan IX, belum diketahui keberadaannya," ujarnya.
Saat ini Ninda berada di Rumah Sakit King Abdullah Medical City Makkah, lantaran cidera karena terinjak-injak. Ninda merupakan staf administrasi di salah satu perusahaan media di Kota Pontianak. Ninda tergabung dalam regu 33 rombongan IX. Abangnya, Adryansyah bin Idris Usman, 28, menjadi ketua Regu.
Namun, Ninda pun mengaku tidak mengetahui keberadaan abangnya tersebut. Ninda melewati masa kritis pukul 18.30 waktu setempat, dan saat ini sudah dipindah ke ruangan unit gawat darurat. Ninda bahkan mengirimkan foto terakhirnya agar keluarga di Kota Pontianak tidak terlalu cemas memikirkan nasibnya.
Arninda menjadi salah satu korban tragedi Mina pada Kamis pagi, 24 September 2015 waktu setempat. Kejadian ini menewaskan sedikitnya 717 jemaah haji saat puluhan ribu jemaah melaukan ritual melempar jumrah. Arninda terluka, tapi akhirnya selamat setelah melewati masa kritis di rumah sakit.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Pontianak Andi Jafar Harun mengatakan jalan yang dilalui Arninda cukup dekat dengan jamarat. Hanya 4 kilometer dan tinggal jalan lurus dari penginapan rombongan Arninda. "Tapi wallahualam, kita semua awam. Masih menunggu informasi dari Kementerian Agama."
ASEANTY PAHLEVI
BERITA MENARIK
Ahok Kaget: Anggaran Rotterdam Rp 3,5 T, Jakarta Rp 12,1 T
Ketika Putin Melihat Bung Karno di Masjid Terbesar Eropa