TEMPO.CO, Bengkulu - Sebanyak 12 ekor kambing ternak milik warga Desa Padang Pelawi, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma, Bengkulu, ditemukan mati dengan luka terkam di leher. Bangkainya ditemukan di afdeling 8 kawasan PTPN VII, tidak jauh dari Taman Hutan Buru Semidang Bukit Kabu.
"Melihat luka di leher kambing, kami menduga diterkam harimau," kata Kepala Desa Padang Pelawi, Ridi Kiswantoro, saat dihubungi pada Selasa, 22 September 2015.
Menurut Ridi, ada lebih dari dua harimau yang memangsa kambing-kambing tersebut. Satwa liar tersebut diduga turun dari kawasan hutan Taman Buru Semidang Bukit Kabu.
Saat ini, ucap Ridi, petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam sudah berada di sekitar lokasi ditemukannya bangkai kambing. "Bangkai kambing sengaja belum dikubur atas perintah BKSDA untuk memancing keluarnya harimau."
Secara terpisah, kelompok Protection of Flora and Fauna (Profauna) menyatakan kabut asap kebakaran hutan berdampak pada pernapasan satwa liar. "Selain itu, memicu satwa keluar habitat, sehingga menimbulkan konflik antara satwa liar dan manusia," ucap Ketua Profauna Rosek Nursahid, Senin, 21 September 2015.
Jika tak diantisipasi, ujar dia, hal itu akan menimbulkan korban satwa. Namun, sejauh ini, Profauna belum menemukan adanya satwa yang mati karena menjadi korban kabut asap. Hingga kini, mereka baru menerima laporan adanya sejumlah satwa, seperti orang utan, yang keluar dari habitatnya di Pontianak, Kalimantan Barat.
Selain di Sumatera, kebakaran hutan terjadi di Pegunungan Hyang pada pekan kemarin. Wilayah pegunungan ini mencakup tiga kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Jember, dan Situbondo. Kebakaran juga menyebabkan peningkatan suhu udara di Gunung Argopuro, yang masuk dalam kompleks Pegunungan Hyang.
Remon, Kepala Pengendali Lapangan Masyarakat Peduli Api setempat, mengatakan ada peningkatan suhu udara di tiga titik di lahan seluas 2 hektare. "Suhunya bisa mencapai 38-40 derajat Celcius," ujarnya.
Tingginya suhu di sekitar titik api itu lantaran bara api yang masih menyala hingga saat ini. "Bara di bawahnya masih menyala," tutur Remon. Tak terbayang dampaknya di area hutan gambut di Sumatera dan Kalimantan yang jauh lebih luas.
PHESI ESTER JULIKAWATI | EKO WIDIANTO | DAVID PRIYASIDHARTA