TEMPO.CO, Jakarta -Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon mengaku ditelepon Ketua Umum Partai Gerindra Letnan Jenderal (Purnawirawan) Prabowo Subianto soal pertemuannya dengan kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump.
Fadli tidak merinci apa isi pembicaraannya dengan Prabowo. Yang jelas, Fadli kemudian menggelar jumpa pers khusus, untuk menjelaskan kronologi pertemuannya dengan Donald Trump pada Senin, 14 September 2015. Pada jumpa pers itu, Fadli mengaku tak ada imbalan yang dia terima saat bertemu Donald Trump, pebisnis asal Amerika Serikat yang kini berlaga dalam pemilihan presiden di Negeri Abang Sam.
Baca Juga:
"Tidak ada yang namanya fee (imbalan), kita hanya mendukung setiap investor atau pengusaha yang mau datang ke Indonesia. Ini kan sesuai harapan Pak Presiden," kata Fadli Zon di DPR, Senin, 14 September 2015.
Fadli menekankan pertemuan delegasi parlemen termasuk dirinya dengan Donald Trump, semata untuk kepentingan nasional dengan cara diplomasi membuka jalan investasi di Indonesia. Semua berjalan spontan, atau tidak direncanakan sebelumnya. Menurut Fadli, lantaran ada jadwal yang cocok, maka delegasi parlemen bertemu dengan Trump di Amerika Serikat.
"Soal Pak Hary Tanoe menjadi fasilitator, kalau dalam arti mengontak, meng-'arrange', saya kira ada benarnya. Pak Ketua DPR juga ada koneksi dan komunikasi dengan orang-orang Donald Trump. Ini semua tidak direncanakan, kami bertemu untuk silaturahmi, demi kepentingan bangsa," kata Fadli.
Fadli juga menekankan anggaran yang digunakan delegasi parlemen saat bertemu dengan Trump dikeluarkan dari kocek sendiri. Malah, kata Fadli, ia terpaksa menombok dalam membayar uang penginapan di Amerika Serikat.
"Ini semua kan (anggaran perjalanan dinas) nanti diaudit BPK. Teman-teman juga tolong pantau, baik di eksekutif maupun legislatif, lalu bandingkan biar fair (adil)," katanya.
INDRI M. | ANTARA
Video Terkait: