TEMPO.CO, Gunungkidul - Sejak menetapkan siaga darurat kekeringan pada akhir Agustus 2015 lalu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gunungkidul mencatat hingga September ini sudah hampir 80 persen wilayah itu mengalami kekeringan mulai dari kategori ringan sampai berat.
"Desa yang terdampak kekeringan sampai awal September ini ada 115 desa, " ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Gunungkidul, Nugroho Wahyu Winarno kepada Tempo Rabu 9 September 2015.
Jumlah desa di Gunungkidul ada 144 desa yang tersebar di 18 kecamatan. Dari kecamatan itu, yang wilayahnya terdampak total kekeringan sebagain besar di wilayah selatan. Meliputi kecamatan Rongkop, Girisubo, dan Saptosari. "Di 15 kecamatan sisanya kekeringan hanya di desa-desa tertentu, tidak seluruhnya," ujar Nugroho.
Misalnya di Kecamatan Wonosari yang merupakan ibukota kabupaten Gunungkidul, kekeringan tak melanda Desa Kepek. Namun semakin ke selatan, desa-desa di kecamatan terpadat itu sudah terimbas kekeringan dan butuh dropping air rutin seperti Desa Mulo.
Nugroho menyebut, meskipun kekeringan semakin meluas, namun masih belum separah dibanding dampak tahun lalu. Indikatornya, semakin sedikit wilayah pesisir selatan yang mengalami kekeringan total di semua wilayah dalam satu kecamatan.
Nugroho mencontohkan, di Kecamatan Tanjungsari yang menjadi area dengan banyak pantai wisata seperti Baron, hanya beberapa desa yang terimbas kekeringan dan sebagaian bisa mencukupi kebutuhan air bersih. Begitu halnya dengan kecamatan tetangganya di pesisir seperti Panggang dan Purwosari. Sedangkan di bagian Gunugkidul tengah seperti Kecamatan Playen, Patuk, Wonosari, juga Karangmojo relatif paling sedikit areanya yang terdampak kekeringan. "Lebih parah tidaknya kekeringan kali ini baru bisa dipastikan Oktober nanti, kalau benar ramalan BMKG penghujan molor sampai November, ya bisa lebih parah karena berpotensi terus meluas," ujar Nugroho.
Tak hanya wilayah Gunungkidul, Kepala BPBD Kota Yogyakarta Agus Winarto pekan ini menyiapkan surat edaran kepada tiap kecamatan untuk mulai memberi laporan rutin jika terjadi gejala kekeringan serius di perkotaan. "Kami minta pengecekan sumur-sumur warga sudah terjadi penurunan permukaan signifikan atau belum," ujar Agus.
Pihak BPBD menyatakan telah menyiapkan anggaran operasional guna menyediakan air bersih bagi warga yang sumur-sumurnya mengering. "Kami sementara larang pengurasan 16 titik sumur ground tank milik pemerintah guna antisipasi dropping meningkat," ujarnya. Sumur ground tank merupakan cadangan air bersih yang biasa digunakan unit pemadam kebakaran beroperasi.
PRIBADI WICAKSONO