TEMPO.CO, Lumajang - Krisis air sebagai dampak musim kemarau tahun ini membuat warga harus gigih mencari air. Hal ini juga yang dilakukan warga di Dusun Ngesong, Desa Barat, Kecamatan Padang, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
"Warga mulai menggali sumur hingga di kedalaman 30 meter," kata Hariyanto, warga setempat kepada Tempo, Senin, 7 September 2015.
Bila umumnya warga melakukan pengeboran, tapi warga di dusun ini melakukan penggalian sumur untuk mendapatkan air bersih. Dengan diameter 90 sentimeter, sumur itu sudah digali sejak 24 hari yang lalu. "Namun air tidak juga keluar," kata Hariyanto. Penggalian sumur itu dilakukan di rumah Heri, seorang petani tebu desa setempat.
Hariyanto mengatakan, penggalian sumur hingga sedalam 33 meter dengan peralatan yang sangat sederhana itu sangat berisiko sebenarnya. "Sangat beresiko sebenarnya. Namun gimana lagi, warga setempat sangat membutuhkan air saat ini," kata dia. Karena meski digali hingga sedalam 33 meter tidak keluar air, upaya penggalian itu dihentikan. "Penggalian kami hentikan," kata Hariyanto. Padahal, upaya penggalian sumur itu sudah memakan biaya hingga Rp 10 juta.
Penggalian sumur itu dilakukan dengan biaya pribadi. "Awalnya kami berharap warga sekitar bisa mendapatkan air," katanya. Namun, apa yang diharapkan itu akhirnya sia-sia. Penggalian sumur itu dilakukan oleh enam orang yang biasa melakukan penggalian sumur. Alat-alat yang digunakan juga sangat sederhana.
Menurut Hariyanto, penggalian sumur hingga 33 meter itu sangat berisiko. "Batu yang diangkut ke atas dengan tali bisa jatuh lagi, menimpa kepala penggali sumur. Sangat berbahaya," katanya. Belum lagi, kata Hariyanto, kemungkinan adanya gas beracun dari dalam sumur itu. "Sangat berbahaya, karena itu kami hentikan," ujarnya. Hariyanto mengatakan, di dusun tersebut hanya ada satu sumur yang mengeluarkan air.
Hariyanto berujar untuk mendapatkan air bersih, warga biasanya minta ke dusun sebelahnya yakni Dusun Darungan. "Tapi tidak boleh mencuci di sana. Hanya untuk air minum dan masak," katanya. Sedangkan untuk mencuci, warga harus pergi ke sungai di Desa Banjarwaru, yang jaraknya sepuluh kilometer dari Desa Barat. Untuk kebutuhan air bersih, warga juga berharap ada pasokan air dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Ribowo mengatakan, dampak kekeringan pada 2015 lebih parah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. "Musim kemarau termasuk di Kabupaten Lumajang akan lebih kering dibanding 2014," katanya akhir kemarin.
DAVID PRIYASIDHARTA