TEMPO.CO , Yogyakarta - Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Amin Rais buka suara soal karut-marut ekonomi dan kegaduhan politik di Indonesia. Dengan tegas, Ketua Majelis Kehormatan Partai Amanat Nasional itu menyebutkan Presiden Joko Widodo tak sehebat Sukarno.
"Tak sehebat Bung Karno, itu pasti. Kemenangan juga tipis dengan Pak Prabowo," kata dia di rumahnya, di Sawitsari, Condongcatur, Depok, Sleman, Kamis, 3 September 2015.
Menurut Amien, Bung Karno, presiden pertama Indonésia, mengajari bangsa ini supaya tidak terpecah belah. Bangsa yang terpecah belah tidak akan bertahan.
Ia mengambil contoh negara lain yang sudah hancur akibat krisis ekonomi dan kegaduhan politik. Di dunia internasional, Indonésia bukan tidak punya musuh. Bangsa lain akan senang dan menyusup ke negeri ini. "Negara lain ingin Indonesia menuju kehancuran," ucapnya.
Ia mencontohkan, Uni Soviet, yang dulu begitu digdaya, juga hancur. Negeri Beruang Merah pernah menjadi superpower bersama Amerika Serikat.
Uni Soviet--negara yang terdiri atas 11 republik--berdiri pada 1922, tapi 69 tahun kemudian hancur. Upaya menumbuhkan kembali negara itu sudah dilakukan, tapi tetap tidak membuahkan hasil. Bahkan awalnya dunia tidak percaya bahwa Uni Soviet telah bubar pada 1991.
Amien menilai ada kekuatan asing yang ingin memecah belah Indonesia. Bumi Nusantara ini kaya raya sehingga menjadi alasan konkret bangsa lain untuk mengeruk kekayaan negeri. "Saya takut ada kekuatan luar yang akan memecah belah kita."
Dengan masuknya PAN ke koalisi pemerintah, Amien berharap menjadi titik awal koalisi nasional. Tapi, jika hanya rangkulan maut, dengan transaksi dan keperluan politik sesaat, partai itu lebih baik keluar dari koalisi. "Tidak perlu malu," katanya.
Menurut Amien, ada beban berat yang dipikul Presiden Jokowi saat ini. Dengan bergabungnya PAN ke pemerintah, diharapkan sedikit mengurangi beban berat pemerintah.
MUH SYAIFULLAH