Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Sultan dan 'Kesaktian' Pusaka Lima Wayang Srikandi  

image-gnews
Pentas wayang bocah dengan lakon Bima Sakti di arena Pazaar Seni di Taman Budaya Raden Saleh, 8 Agustus 2015. Empat dalag cilik besutan Sobokarti Harel, Nandi, Jose, dan Dhimar mengisi agenda Pazaar Seni yang digelar hingga tanggal 16 Agustus 2015. Tempo/Budi Purwanto
Pentas wayang bocah dengan lakon Bima Sakti di arena Pazaar Seni di Taman Budaya Raden Saleh, 8 Agustus 2015. Empat dalag cilik besutan Sobokarti Harel, Nandi, Jose, dan Dhimar mengisi agenda Pazaar Seni yang digelar hingga tanggal 16 Agustus 2015. Tempo/Budi Purwanto
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sultan Hamengku Buwono I pernah membuat lima tokoh wayang kulit yang kemudian menjadi pusaka keraton. Ia meramalkan wayang itu akan hilang pada masa Hamengku Buwono II dan kembali lagi pada zaman HB VIII dan HB IX. Menurut dia, apabila kelima tokoh wayang pusaka itu ditemukan semua, maka negara adil, makmur dan sentosa akan tercapai.

"Wayang memang hilang zaman HB III," kata Sri Sultan Hamengku Buwono IX, seperti dikutip dari buku Takhta Untuk Rakyat, yang disunting Atmakusumah Astraatmadja. Pada masa Sultan VIII ada usaha pencarian dan berhasil ditemukan kembali dua buah. "Sesungguhnya, menurut kepercayaan Jawa, pusaka itu bisa menghilang dengan sendirinya dan tanpa dicari dapat kembali pula dengan sendirinya," ujar Sultan IX.

Setelah Bendara Raden Mas Dorodjatun, nama kecil Sultan IX, kembali ke tanah air setelah belajar di Belanda, ada seorang Tionghoa asal Cirebon menemui kakaknya yang tertua. Orang itu ingin mengembalikan pusaka itu ke keraton. Setelah dicocokkan dan diteliti seorang ahli sastra Jawa Keraton, sesuai dengan primbon tentang wayang, pusaka yang dikembalikan itu adalah wayang Arjuna yang dibuat indah sekali.

Dengan demikian, sudah tiga tokoh wayang buatan pendiri kerajaan Mataram ditemukan. Menjelang kelahiran putranya yang pertama, 1946, seseorang dari Ambarawa datang dan menyerahkan wayang Srikandi, istri Arjuna. Menurut cerita si pembawa, semua rumah di sekitarnya musnah terbakar dalam serbuan Belanda. Seakan ada keajaiban, rumah pembawa wayang itu selamat di tengah puing-puing kobaran api.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sultan sendiri lantas datang ke Ambarawa untuk membuktikan kebenaran cerita orang itu. Atas permintaan si pembawa wayang, putera pertama Sultan supaya diberi nama Arjunawiwaha. "Saya pikir kurang enak bila saya memberi nama Arjunawiwaha. Lalu saya mencari bunyi lain di mana nama Arjuna dimasukkan. Maka anak saya itu pada kelahirannya saya beri nama Herjuno Darpito." Anak itu pula yang kemudian menggantikannya sebagai Hamengku Buwono X.

TIM TEMPO | AMRI MAHBUB

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

15 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

15 hari lalu

Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

16 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

17 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.


Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

21 hari lalu

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara simbolik melakukan penutupan TPA Piyungan pada awal Maret 2024. TPA Piyungan selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.


Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

23 hari lalu

Sejumlah karya industri kreatif dipamerkan di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) di Yogyakarta.  (Dok. Istimewa)
Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.


Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

28 hari lalu

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat


Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

30 hari lalu

Tradisi Selasa Wagen yang meliburkan para pedagang di kawasan Malioboro Yogyakarta untuk bersih bersih kawasan kembali digelar Selasa (27/2). (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.


Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

31 hari lalu

Tradisi Ngapem Ruwahan digelar warga di Yogya sambut Ramadan. (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta mengajak saling memaafkan dan persiapan mental sebelum ibadah puasa Ramadan.


Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

36 hari lalu

Salah satu peserta saat mengikuti pembelajaran pawiyatan aksara Jawa di Kota Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

Pawiyatan aksara Jawa ini digelar serentak di 30 kampung mulai 20 Februari hingga 5 Maret 2024 di Kota Yogyakarta.