TEMPO.CO, Yogyakarta - Wakidjo Budi Siswanto, 63 tahun, seolah tidak percaya atas tuntutan jaksa penuntut umum di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Yogyakarta, Kamis, 27 Agustus 2015. Sebabnya, sang jaksa menuntut hukuman 8 tahun penjara, denda Rp 200 juta subsider 3 bulan penjara, dan uang pengganti Rp 95,1 juta.
Ia dituding jaksa telah menggunakan uang kas desa sebesar Rp 95,1 juta. "Mosok dituntut 8 tahun penjara dan denda Rp 200 juta. Kalau putusan hakim sama dengan tuntutan, saya pilih ditembak mati saja. Keluarga sudah ikhlas," kata Wakidjo dengan logat Jawa-nya, 27 Agustus 2015.
Kasus itu bermula pada 2011, saat ia menjadi Kepala Bagian Pendapatan Desa Tayuban, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo. Ia kabur pada 2012 dan dicokok tim kejaksaan pada 27 Januari 2015. Wakidjo sempat menggelandang dalam pelarian selama dua tahun enam bulan hingga Jawa Barat, Lampung, dan Jakarta.
Alasan ia melarikan diri adalah ultimatum dari atasannya: kabur atau masuk penjara. Ternyata Wakidjo pilih melarikan diri. Namun akhirnya ia juga masuk penjara. Wakidjo menilap uang desa dengan dalih untuk pengobatan istrinya. Dari total uang kas Rp 144 juta, yang ditilap Rp 95,1 juta.
Jaksa penuntut umum mengenakan Pasal 2 ayat 1 juncto Pasal 18 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi Nomor 31 Tahun 1999 juncto UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. "Terdakwa secara meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi," ucap jaksa penuntut umum, Heni Idriastuti.
Pengacara terdakwa, Detkri Badhiron, dari Lembaga Bantuan Hukum dan Studi Kebijakan Publik (LBH Sikap) menyatakan tuntutan jaksa sangat berlebihan dan tak manusiawi karena tidak sebanding dengan uang yang dikorupsi. "Yang diakui hanya tapi Rp 35 juta. Sisanya untuk membeli tanah yang diatasnamakan desa. Itu pun sudah disita kejaksaan," ujar Detkri.
Ketua majelis hakim, Suyanto, memberikan waktu kepada terdakwa untuk menyusun pleidoi bersama para pengacaranya. Sidang ditunda hingga Selasa pekan depan dengan agenda pembelaan dari terdakwa.
MUH SYAIFULLAH
Berita Menarik
Ada Tuhan di Banyuwangi, Kini Heboh Ada Nabi di Mataram!
Datang ke Jakarta, Ini Alasan 'Tuhan' Tak Mau Mengubah Nama
Kisah Pria Kontroversial: Tiba di Jakarta, Tuhan Kaget
Luna Maya Terkejut karena Kado Mesra dari Pria Ini