TEMPO.CO, Bojonegoro - Daftar tunggu haji di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, sudah mencapai 19 tahun atau sampai 2034. Meski demikian jumlah calon jemaah haji (CJH) terus meningkat dan kini mencapai 27 ribu orang.
Data di kantor Kementerian Agama di Kabupaten Bojonegoro menyebutkan, jumlah CJH di kabupaten ini, dari tahun ke tahun terus meningkat. Rata-rata tiap harinya ada penambahan 15-20 orang. Terhitung Agustus 2015, jumlah CJH Bojonegoro lebih dari 27 ribu orang dan pada 2014 masih di bawah 23 ribu orang atau mengalami peningkatan di atas 15 persen.
Menurut Kepala Seksi Haji dan Umroh Kantor Kementerian Agama di Bojonegoro Wakhid Priyono, daftar tunggu haji di kabupaten ini juga cenderung meningkat. Untuk sekarang ini, untuk bisa naik haji lewat Bojonegoro baru terlaksana pada 2034 atau sekitar 19 tahun. Padahal, pada 2013 masih 16-17 tahun. ”Kini harus menunggu 19 tahun,” ujarnya, kepada Tempo, Kamis, 27 Agustus 2015.
Namun, lanjutnya, kemungkinan pada tahun-tahun mendatang akan ada penambahan untuk CJH di Kabupaten Bojonegoro sebanyak 15-20 persen. Ini karena, kuota di kabupaten ini sempat berkurang karena ada perbaikan fasilitas di Mekah dan Madinah. Sehingga ke depannya, diharapkan bisa mengurangi jatah tahun untuk berangkat haji.
Wakhid Priyono mengatakan, semangat naik haji warga Bojonegoro begitu besar. Terutama dari kalangan petani yang menduduki jumlah tertinggi jemaah Bojonegoro dari sekian profesi, termasuk dari PNS/BUMN, pengusaha, dan juga praktisi lainnya. Bahkan, karena menunggu terlalu lama, para jemaah haji asal Bojonegoro, berangkat lewat daerah lain. Di antaranya ke Blora, Jawa Tengah, dan daerah sekitarnya yang relatif daftar antreannya masih di bawah Bojonegoro.
Menurut Wakhid, sebenarnya dalam situasi krisis ekonomi seperti ini, para jemaah asal Bojonegoro menunjukkan sikap yang sebaliknya. Yaitu memilih berduyun-duyun naik haji, dan tentu saja ini mengeluarkan biaya lumayan besar. Dia mencontohkan, untuk bayar uang muka (guna mendapatkan kursi) sebesar Rp 25 juta per orang. Bahkan, ada beberapa keluarga yang daftar haji bareng-bareng, termasuk menyertakan anak di bawah umur satu tahun. ”Jadi, kalau dibilang krisis ekonomi, kok warga pada naik haji,” imbuhnya.
SUJATMIKO