TEMPO.CO, Bojonegoro – Calon jemaah haji asal Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, didominasi petani. Data Kantor Kementerian Agama Bojonegoro menyebutkan jumlah calon haji akan berangkat tahun ini sebanyak 1.157. Dari jumlah tersebut, sekitar 45 persen di antaranya bekerja sebagai petani. Adapun sisanya dari beragam profesi, mulai pegawai negeri sipil, karyawan badan usaha milik negara, karyawan swasta, hingga pengusaha.
Pada musim haji tahun lalu, petani juga mendominasi dari total 1.112 anggota jemaah. Ketika itu, jemaah haji yang berasal dari kalangan petani sebanyak 42 persen.
Kepala Seksi Haji dan Umrah Kementerian Agama Bojonegoro Wahid Priyono mengatakan, sejak tiga tahun terakhir, calon jemaah haji dari kabupaten ini didominasi petani. Hal itu menunjukkan motivasi masyarakat untuk menunaikan rukun Islam kelima kuat. “Dan itu terbukti,” ujar Wahid, Rabu, 26 Agustus 2015.
Selain petani, ucap Wahid, profesi guru juga banyak. Wahid menduga biaya berhaji para pendidik ini sebagian besar berasal dari honor sertifikasi. Paling tidak, biaya sertifikasi bisa digunakan untuk daftar tunggu sebesar Rp 25 juta. “Dari kalangan guru cukup banyak,” tuturnya.
Salah satu calon anggota jemaah berlatar belakang petani, Amari, 48 tahun, mengatakan bisa panen minimal dua kali dalam satu tahun. Sebab, sawahnya yang terletak di tepian Sungai Bengawan Solo tetap bisa ditanami padi walaupun sedang musim kemarau. “Dua kali panen bisa untuk daftar haji,” ucap warga Kecamatan Sumberrejo ini.
Amari berujar, rekan-rekannya sesama petani yang tahun ini naik haji umumnya juga menabung dari hasil panen. Mereka dari Kecamatan Kalitidu, Padangan, Kasiman, Malo, Balen, Kanor, dan Dander.
Sesuai dengan jadwal, calon jemaah asal Bojonegoro berangkat ke Mekah pada 3-4 September 2015. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok terbang.
SUJATMIKO