TEMPO.CO, Kupang - Kekeringan yang melanda hampir seluruh daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengakibatkan padi yang ditanam para petani mengalami puso. Bahkan dikhawatirkan luas areal persawahan yang tidak bisa ditanami terus bertambah.
Hal itu dikemukakan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT Yohanis Tay Ruba. Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Pertanian dan Perkebunan, untuk periode Oktober 2014 hingga Juli 2015, luas tanaman padi yang mengalami puso mencapai 2.998 hektare.
Diakui Yohanis, 2.998 hektare itu baru sekitar 1,2 persen dari keseluruhan luas areal persawahan di NTT yang mencapai 293.640 hektare. Namun, dia mengingatkan, El Nino yang menjadi penyebab kekeringan masih terus berlangsung, bahkan menguat pada Oktober- November 2015.
“Luas sawah yang mengalami kekeringan sehingga tidak bisa ditanami maupun lahan padi yang mengalami puso bisa bertambah menjadi tiga persen,” kata Yohanis kepada Tempo, Rabu, 26 Agustus 2015.
Yohanis menjelaskan, berbagai langkah sudah dilakukan Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT guna mengatasi kekeringan. Di antaranya, masing-masing pemerintah daerah di NTT diminta mengoptimalkan pemanfaatan potensi lahan untuk menanam tanaman hortikultura, terutama daerah yang minim sumber airnya.
Sedangkan bagi daerah yang ketersediaan airnya masih cukup, diinstruksikan memanfaatkannya secara baik untuk mengairi lahan tanaman pangan, sehingga hasil panennya bisa dibagikan ke daerah yang mengalami krisis air. "Untuk jangka panjang, saat ini sedang dibangun Waduk Raknamo,” ujar Yohanis.
Selain itu, Pemerintah Provinsi NTT juga membagikan sejumlah bantuan tanggap darurat. Bagi daerah yang tanaman padinya mengalami puso disalurkan bantuan berupa beras. Sedangkan untuk daerah yang masih berpotensi ditanami tanaman hortikultura, diberikan bantuan bibit jagung maupun sayur.
Bantuan lainnya berupa 121 unit mesin pompa air, traktor tangan, hingga mesin perontok padi. “Seluruh bantuan sudah disalurkan,” ucap Yohanis.
YOHANES SEO