TEMPO.CO, Malang - Gambar tanda tanya dan tanda seru bertulisan “Pemuda Rakyat” menempel di pagar seng yang mengelilingi hutan Kota Malabar, Malang. Sepintas gambar tersebut mirip palu arit (sabit), lambang Partai Komunis Indonesia. "Kita harus mewaspadai ekstrem kiri di Malang. Sekarang sedang tumbuh," ujar Wakil Wali Kota Malang Sutiaji, Selasa, 25 Agustus 2015.
Mural palu arit itu berdampingan dengan tulisan “#Savehutankotamalabar”. Kini semua tulisan itu telah ditutupi cat putih oleh petugas Dinas Pertamanan dan Kebersihan. "Agar tak memicu kericuhan dan kerusuhan," kata Sutiaji.
Aliansi Peduli Hutan Kota Malabar menolak dikaitkan dengan Pemuda Rakyat, organisasi pemuda underbow PKI yang terkenal pada era 60-an. Sebab, Aliansi Peduli Hutan Kota hanya terdiri atas aktivis lingkungan, seniman, dan akademikus.
"Kami murni memperjuangkan lingkungan agar lebih baik. Tak ada kaitannya dengan komunisme," tutur Koordinator Aliansi Peduli Hutan Kota Malabar Aji Prasetyo. Dia menduga gambar tersebut merupakan provokasi pihak tertentu untuk memecah belah Aliansi.
Aliansi Peduli Hutan Kota memang getol menolak revitalisasi hutan Kota Malabar. Mereka justru menuntut pemerintah daerah mengembalikan fungsi ekologis hutan kota itu untuk habitat aneka jenis burung dan tupai. Sebab, lahan seluas 16 ribu meter persegi tersebut merupakan hutan kota yang tersisa.
Baca Juga:
Sebelumnya, hutan kota di bekas kampus Akademi Penyuluh Pertanian telah beralih fungsi menjadi perumahan mewah, hotel, dan pusat perbelanjaan. "Hutan Kota Malabar merupakan simbol perlawanan alih fungsi ruang terbuka hijau (RTH) di Malang," ucapnya.
Ia mencatat hilangnya ruang terbuka hijau di Malang selama sepuluh tahun terakhir, yang meliputi Taman Indrokilo menjadi perumahan mewah, Taman Kunir menjadi kantor kelurahan, dan ruang terbuka hijau Stadion Gajayana yang berubah menjadi pusat perbelanjaan.
Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang tata ruang, seharusnya setiap kota memiliki RTH seluas 30 persen dari luas kota. Adapun ruang terbuka hijau yang tersisa di Kota Malang hanya 2,5 persen dari luas Kota Malang 110,6 kilometer persegi.
EKO WIDIANTO